‘Aku berharap dapat membunuh waktu, sehingga kita tetap
dalam keadaan seperti ini selamanya. Berdua, hanya ada kau dan aku.’
The Finest Farewell
Cho Jino | Kim
Nara
This Fanfiction is dedicate to my lovely brother, RNA♥
I
just want to say I love you!
Ku tatap punggung yang makin lama makin menjauh
itu. Ada sebuah rasa sesak di dadaku.
“Berjanjilah untuk terus menjaga kesehatanmu dan
pola makanmu. Aku tak mau kau sakit. Berjanjilah kau akan jadi yang terbaik
untukku.” Gumamku pada diriku sendiri.
Jika kau ingin merasakan apa yang kurasa, anggap
saja apa yang telah terjadi padaku ini adalah hal yang terjadi padamu juga. Dan
kuharap… Siapapun yang telah membaca ini tak akan pernah menyesal.
-oOo-
“Besok kau akan datang kemari?”
“Tentu saja oppa, aku ingin sekali melihat
pertandingannya.”
“Ah, baiklah. Sudah malam, kau cepat tidurlah.
Selamat bertemu besok. Jaljayo~”
“Neo ddo oppa~”
Pip---
Ahh,
lega rasanya mendengar suaranya malam ini. Kau tau siapa tadi yang menelpon?
Dia adala oppaku. Bukan oppa kandung sih. Awalnya kami hanyalah sebatas teman,
namun waktu terus membuat hubungan kita jauh lebih dekat dari yang dulu. Dan
akhirnya kita menjadi sepasang kakak-adik. Hanya saja, perhatiannya terlalu
berlebih jika untuk seorang adik. Finally, akupun terlanjur merasakan
perasaan yang tak sewajarnya. Karena dia telah memiliki yeojachingu. Jujur
saja, kisah cintaku yang satu ini bisa di bilang cukup rumit. Sampai-sampai
akupun tak mengerti bagaimana jalan kisah cintaku ini. Ini bukanlah suatu
pertanda baik.
Karena
suatu alasan yang jika ku jelaskan kau tak akan mengerti, lusa ia akan
berangkat ke mokpo untuk sekitar 3-4 bulan. Dan kau tau faktanya? Mokpo jauh
dari Seoul. So, untuk beberapa bulan ke depan aku harus tahan tanpanya.
Baiklah,
aku yakin jika saat ini kau bingung dengan apapun yang telah aku katakan
sebelumnya. Jadi akan ku jelaskan satu persatu.
Namaku
Kim Nara. Aku adalah seorang siswi kelas 1 di salah satu SMA yang kupikir cukup
terkenal di Seoul. Dan kau tau? Dalam tulisanku ini aku hanya akan mengisahkah
diriku dan seorang namja yang ku sebut oppa tadi. Namanya Cho Jino, satu
tingkat di atasku. Menurutku dia bukanlah namja tampan, hanya saja tak jelek.
Yah, ukuran rata-rata lah. Atau bisa di bilang lumayan.
Sebenarnya
aku malas mengatakan hal ini, tapi
mau bagaimana lagi ? Dia telah memiliki yeojachingu. Namanya Park Taeyon. Aku
tidak terlalu mengerti dan memang tidak ingin mengerti tentangnya. Sudah lah, jangan bahas
yeojachingunya itu.
“Sebenarnya
aku sama sekali tak ingin melihat pertandingannya, hanya saja aku ingin besok
seharian bersamamu karna itu waktu terakhir kita bukan ?” hanya bergumam untuk
diriku sendiri.
-oOo-
“Akhirnya
kita sampai, aku sudah tak sabar untuk masuk.” Ucapku pada teman-teman yang
datang bersamaku.
“Tentu
saja, ayo kita masuk.” Sahut salah seorang dari temanku.
Drrtt…
ada pesan masuk
From : Zinc
Subject : Kau jadi kemari ?
Jadi
dia belum melihatku? Jelas-jelas aku sekarang duduk di hadapannya. Meskipun
jauh, setidaknya ia masih dapat melihat dan meyadari keberadaanku. Huhh…
To :
Zinc
Subject : Tentu saja. Kau pikir yang sedang ada di hadapanmu memakai baju
merah itu siapa?
Ku
lihat ia mulai celingak celinguk. Kurasa, dia mencariku. Saat ia menghadap ke
arahku, aku langsung melambaikan tanganku padanya.
From :
Zinc
Subject : Nanti kita pulang sama-sama ya?
Ku
lihat dia tersenyum dari ke jauhan. Ia melambaikan tangan kepadaku sebagai
tanda untukku agar aku segera ketempatnya sekarang juga.
To :
Zinc
Subject : Tentu saja
! Kau pikir aku akan pulang dengan siapa jika tak bersamamu?
Kenapa kau menyuruhku untuk datang ke tempatmu? Apa kau sedang
merindukanku ?
Hehehe ^^v
Aku
agak ragu-ragu saat menekan tombol send. Tapi tak apalah, untuk hari ini saja.
From :
Zinc
Subject : Oh ayolah. Baiklah aku memang merindukanmu. Sekarang kemarilah.
Bukankah hari ini kita terakhir bertemu ?
Yah,
kau memang benar oppa. Ini untuk yang terakhir. Tak apakan aku memanjakannya
sedikit di hari terakhir kita? Segera aku melangkahkan kakiku menuju tempatnya.
Namun aku tak lupa untuk berpamitan dahulu kepada chingudeul-ku.
-oOo-
“Hai
oppa. Kau puas sekarang?” sapaku saat aku telah ada di hadapannya. Oh tidak,
dia tersenyum. Senyum yang akan sangat ku rindukan nantinya. Sebenarnya aku
agak takut berpisah dengannya walau hanya dalam waktu beberapa bulan. Aku takut
aku tak sanggup. Karena tanpanya, waktuku serasa berjalan begitu lambat dan
membosankan. Karena aku telah terbiasa berada dalam bayang-bayangnya.
Di sampingnya juga duduk serang namja yang aku kenal. Lee
Baekhyun. Sahabat Jino oppa. Ia juga tersenyum menyapaku.
“Karena tak ada kursi kosong lagi, sini duduklah
denganku.” Dia menggeser sedikit posisi duduknya menyuruh aku duduk di
sampingnya. Aku menampakkan wajah enggan. Hanya saja sebenarnya hati kecilku
bersorak gembira. Aku duduk satu kursi dengannya! Bagaimana aku tak senang?
Munafik bukan?
“Naa~ bantu aku dong! Atau kau mau menggantikanku? Aku
akan berkemas karena sebentar lagi aku pulang. Kau jadi pulang bersamaku kan?
Aku akan pulang bersama dengan Baekhyun.”tanyanya menawariku sebuah pekerjaan.
Sebenarnya sih aku mau. Tapi aku kemarikan untuk menemaninya, bukan
menggantikannya.
“Andwae, aku tak mau. Aku tak mengerti bagaimana cara
kerjanya oppa. Lagian aku tak mau pulang besok, aku tak bersiap-siap tadi.
Bukankah aku telah bilang padamu bahwa aku pulang bersamamu?” aku menolak
permintaannya. Maaf ya oppa.
Oh iya, kau pasti bingung dengan apa yang ku bicarakan.
Begini... Jino oppa, Baekhyun oppa, dan beberapa chingu-ku di sini menjadi
panitia untuk perlombaan Tae kwondo tingkat propinsi. Sebenarnya aku juga di
rekrut menjadi panitia. Sialnya, karena ada suatu halangan yang aku sangat
benci sekali untuk menceritakannya, aku harus di gantikan di hari
keberangkatan. Aku benar-benar menyesal tak ikut menjadi pantia. Tiga hari
bersama, cukup bukan untuk waktu perpisahan? Dan aku tak mendapatkannya.
“Ya sudah, nanti saja aku berkemas saat jam istirahat.”
Dia tersenyum lagi padaku. Baiklah, sekarang ku rasakan dia memanjakanku hari
ini. Ah tidak, setiap hari dia memang memanjakanku. Tapi kurasa hari ini lebih
dari hari sebelumnya.
“Setelah ini kau pasti akan merindukanku Naa~” bisiknya
pelan di telingaku. Oh, sudahlah. Itu semua memang benar, tapi jangan kau
ungkit lagi.
“Ani, mungkin saja kau yang akan merindukanku.” Ucapku
bohong.
“Memang.” Gumamnya pelan. Aku pura-pura tak dengar saja.
Ku rasakan pipiku mulai memanas.
Hening, kami bertiga-dengan Baekhyun oppa- diam dengan
pikiran masing-masing. Ku pikir mereka berdua lelah.
“Baiklah semuanya istirahat ! Para official dan wasit
diharap menuju ke tempat makan untuk makan bersama. Pertandingan akan di mulai
satu jam kedepan” Ucap salah seorang panitia.
Jino oppa dan Baekhyun oppa langsung pergi begitu saja.
Hey, apa kalian melupakanku. Setidaknya pamitlah atau apa. Mengesalkan!
-oOo-
Pertandingan di mulai lagi. Kulihat dia sudah kembali ke
posisinya. Tapi ia tak bertugas, melainkan mengawasi dua orang yang mungkin
akan menggantikannya dengan Bekhyun oppa. Ahh, hari ini akan segera berakhir.
Drrtt...
Drrtt...
Sudah kesekian kalinya ponselku bergetar, namun tetap
saja tak ku hiraukan. Aku sedikit gugup karena sebentar lagi chingu ku yang
akan tanding.
“Na-ya, Jino oppa memanggilmu.” Salah seorang chingu-ku
mengagetkanku.
Ku lihat dia melambaikan tangannya dan dia telah
berkemas, siap untuk pulang. Kenapa cepat sekali? Huh
Lalu akhirnya ku cek ponselku.
From ; Zinc
Subject : Kau jadi pulang denganku?
Kenapa dia selalu bertanya berkali-kali?
To : Zinc
Subject : Tentu saja ! Tapi tunggulah hingga Myungsoo
dan Jiya bertanding oppa. Jeballl
Baiklah, alasanku kesini bukan hanya untuk bertemu dengan
Jino oppa. Aku kemari juga untuk melihat penampilan mereka saat tanding.
From : Zinc
Subject : Baiklah
-oOo-
Myungsoo dan Jiya sama-sama masuk semi final, aku
sebenarnya masih ingin menyaksikannya. Tapi, aku juga harus pulang dengan Jino
oppa. Jino oppa menghampiriku.
“Ja, kita pulang.” Ajaknya.
Setelah aku berpamitan pada semua temanku, akupun pergi
menyusulnya.
Kita bertiga harus naik tiga kali angkutan. Dua angkutan
lokal dan satu bis. Perjalanan yang melelahkan. Tapi tak apalah, toh aku
sekarang bersama dengan Jino oppa.
Di angkutan pertama, Jino oppa terus menggodaku. Dia
menunjukkan pesanku yang tadi dan mencibirku.
“Lihat, tadi ada orang yang mengirmiku sms seperti ini.”
Katanya sambil menunjukkan sms itu.
From : Park Nara
Subject : Tentu saja ! Kau pikir aku akan pulang dengan
siapa jika tak bersamamu?
Kenapa kau menyuruhku untuk datang ke tempatmu? Apa kau sedang
merindukanku ?
Hehehe ^^v
Aku
hanya mengercutkan bibirku. Dia menyebalkan sekali.
“Tapi
itu benarkan?” sanggahku kesal.
“Memang.
Tapi, mungkin saja kau juga merindukanku.” Sial ! Tepat sasaran. Aku hanya
tersenyum menahan malu. Sial ! Aku kena lagi. Ku mohon hentikan, aku sudah tak
tahan lagii !
“Iya
kan? Benarkan?” godanya lagi. Namun aku hanya tersenyum malu dan sama sekali
tak ingin menatap wajahnya.
“Sudahlah,
berhenti menggodaku.”
-oOo-
“Kau
tau kan jalannya?” tanyanya padaku. Kami sudah berada di angkutan lokal kedua.
“Tentu saja, tadi aku juga melewti jalan ini juga.”
“Baiklah, aku lelah. Aku ingin tidur sebentar.” Katanya
padaku.
Aku hanya diam tk menanggapi perkataannya. Ia telah
berhenti mengoceh, ku pikir ia telah terlelap. Perlahan kurasakan pundak kiriku
mulai memberat, benar saja. Ternyata kepalanya tersandar di pundakku. Aku hanya
tersenyum lega melihatnya terlelap. Berharap jalanan yang kami lalui tak segera
berkhir. Ku pandangi wajah lelahnya. Hey, dia lelap sekali. Aku menggapai
tangannya dan menggenggamnya. Hangat, kehangatan yang tak akan kurasakan untuk
beberapa bulan kedepan. Bagaimana bisa aku tahan tanpamu huh? Ada suatu
perasaan sesak menghimpit dadaku. Air mataku serasa ingin jatuh saat ini juga.
Tapi aku menahannya. Aku tak ingin saat ia terbangun nanti, ia menemukan air
mataku telah luruh di pipiku.
‘Aku berharap dapat membunuh waktu, sehingga kita tetap
dalam keadaan seperti ini selamanya. Berdua, hanya ada kau dan aku.’
-oOo-
“Oppa, kita sudah sampai.” Aku mengelus pelan punggung
tangannya. Berharap ia segera bangun.
Ia membuka perlahan matanya. Mengerjap-kerjap sebentar.
Lalu membangunkan Baekhyun oppa. Kamipun segera melangkah turun dan menuju
halte. Menunggu bis tumpangan kita selanjutnya. Aku berharap bis itu tak segera
datang.
Namun nasib berkata lain, baru saja aku duduk bis telah
datang. Ahh, sial !
“Naa~ ayo naik.” Ajaknya padaku.
Karena bis sangat penuh, maka terpaksa kami harus
berdiri. Seoul masih jauh dan aku masih harus dalam posisi berdiri.
“Oppa, aku lelah berdiri terus.” Aku mengeluh padanya
yang saat ini berdiri di belakangku.
“Bersandarlah padaku. Aku ada di belakangmu.” Bisiknya
pelan. Akhirnya aku bersandar padanya. Sebenarnya aku sama sekali tak ingin
merepotkannya saat ini. Karena aku tau dia lebih lelah dariku dan tas di
punggungnya lebih berat daripadaku. Tapi kakiku sudah tak dapat di ajak
kompromi lagi.
Sebentar lagi kita sampai oppa... Sebentar lagi kita juga
akan sampai pada awal perpisahan kita. Aku benar-benar ingin waktu berhenti
saat ini juga. Karena aku sadar, hidupku untuk beberapa bulan ke depan akan
semakin sulit tapamu.
--Finest Farewell--
24 November 2013
Ini hari perpisahan kita, terima kasih untuk hari itu ya? Aku benar-benar
bahagia. Kau tau, setelah itu aku tak yakin bahwa kita, terutama aku tak akan
baik-baik saja. Untuk beberapa bulan kedepan, ku harap kau hidup dengan baik,
makan dengan teratur. Aku menulis ini bukan dengan maksud untuk apa-apa. Aku
hanya ingin mengabadikan saat indah kita berdua. Aku tau kau sudah punya pacar
yang lebih dan jauh lebih baik dariku. Mungkin kau hanya menganggapku sebagai
adikmu saja. Tapi aku menganggapmu lebih dari itu. Kau percaya takdir ? Ku
pikir kau adalah takdirku. Setelah ini aku mungkin akan sangat merindukanmu.
Dan benar saja, itu benar-benar terjadi. Ini baru beberapa hari saja, tapi aku
sudah tak tahan dengan rinduku padamu. Temanku bilang ini merupakan hal bagus
jika aku berpisah denganmu untuk beberapa waktu. Katanya biar aku cepet Move On gitu. Tapi dia salah, dia enggak
pernah ngerasa apa yang aku rasa saat ini. Ini merupakan sebuah siksaan bagiku.
Tapi aku akan bertahan demi bertemu denganmu lagi. Aku begitu merindukanmu,
benar-benar merindukanmu. Aku merindukan tawamu, senyummu, ekspresimu,
kehangatan tanganmu, dan terlebih dirimu. Hari ini aku benar-benar yakin bahwa
aku mencintaimu. Jangan pernah menyuruhku menunggu untukmu, karena aku benci
itu. Tapi aku akan terus mencintaimu karena dengan mencintaimu aku akan
bersedia menanti hingga hari kedatanganmu di hadapanku lagi. Tersenyum padaku
dan menggenggam tanganku. Tulisan ini ku dedikasikan untukmu, RNA♥. Aku menulisnya dengan sepenuh hatiku. Hanya
berharap kau tau bahwa aku mencintaimu dengan tulus dan dengan sepenuh hatiku.
Aku hanya ingin bilang... Aku menyayangimu oppa.
♥Lia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar