widget

Everytime I had the Inspirations on Everywhere and from Everyone

Rabu, 02 Oktober 2013

Annyeong!!

Kali ini postingan bukan dari Author, tapi dari temen Author
Mau kontak dia silahkan di Meirina Ayu
Do'a in bisa jadi film yaa ^^
Berani baca, berani kesemsem 
 20 DAYS  

Erine adalah seorang gadis yang hidup selama 20 tahun dengan kekuatan sihir yang dimilikinya. Kekuatan sihir yang di wariskan oleh ke-dua orang tuanya mungkin dapat membuatnya merasa beruntung karena ia dapat melakukan apapun yang ia mau dengan tongkat sihir yang ia miliki. Namun tidak selamanya ia merasa beruntung dengan memiliki kekuatan sihir, apalagi semenjak ia menginjak usia remaja. Ia sangat merasa berbeda dengan teman dan lingkungan sekitarnya. Ia belum pernah sama sekali merasakan apa yang namanya jatuh cinta seperti apa yang sering dikatakan oleh teman-temannya semasa sekolah. Ia sangat ingin dapat hidup normal dan bisa merasakan yang namanya jatuh cinta dan dicintai. Hingga tepat saat ia berusia 20 tahun kurang 20 hari ia harus menyelesaikan ujian untuk para penyihir-penyihir yang akan memasuki usia 20 tahun, agar ia dapat menyempurnakan kekuatan sihir yang di wariskan oleh kedua orang tuanya. Ia hanya di beri waktu selama 20 hari untuk menyelesaikan tantangan yang di beri oleh ratu sihir untuknya. Tantangan yang di beri oleh ratu sihir untuknya mungkin cukup berat untuk seoarang penyihir cantik sepertinya, yang memiliki kepribadian tidak seperti penyihir-penyihir pada umumnya.
                Waktu untuk menjalankan tugasnya sebagai penyihir pun dimulai, ia harus membuat seorang lelaki biasa jatuh cinta padanya dan rela menjadi seorang penyihir dan menikahinya. Namun tidak mudah bagi Erine untuk mendapatkan seorang lelaki yang rela menikahinya dan menjadi penyihir sepertinya. Apalagi, ia belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Hingga suatu ketika, saat Erine berjalan di pinggiran danau yang indah ia melihat seorang lelaki tampan yang sedang mengendarai sepeda menuju kearahnya. Tanpa sadar jantung Erine bedetak cepat hingga ia pingsan di buatnya. Lucu memang bagi seorang penyihir yang pingsan hanya karna melihat lelaki tampan. Erine pun di bawa ke rumah lelaki yang membuatnya jatuh hati. Dengan sadarnya ia berkata “Inikah namanya jatuh cinta? “ namun sosok lelaki tampan itu datang membawa minum dan membuyarkan racauannya. Dan dari situlah ia mengetahui bahwa nama pangerannya itu ialah Aldi. Hubungan mereka terus berlanjut, namun Aldi belum mengetahui siapa sosok Erine sebenarnya. Karena memang sifat Erine yang lebih mirip dengan manusia biasa dari pada sifat seorang penyihir.  Namun tidak berapa lama saat hubungan mereka semakin dekat dan mereka pun saling jatuh cinta, Erine memutuskan untuk mengakui siapa dirinya yang sebenarnya. Tidak mudah baginya mengatakan hal ini kepada lelaki yang menjadi cinta pertamanya itu, karena ia mengerti apa yang akan di terimanya setelah mengatakan hal itu. Ia sangat takut jika aldi tidak bisa menerima siapa Erine sebenarnya. Namun hal itu harus di lakukan Erine karena ia sadar bahwa waktu yang tersisa untuk menjadikannya sebagai penyihir sejati tidaklah banyak. Ia sadar akan resiko yang di terimanya bahwa ia akan kehilangan orang yang telah membuatnya merasa seperti manusia biasa pada umumnya yang merasakan namanya jatuh cinta atau mungkin aldi akan menerimanya dan mereka akan hidup bahagia sebagai black magician couple. Yang di khawatirkan oleh Erine pun terjadi, bahwa Aldi akan berubah dan mulai menjauh darinya. Erine pun sempat putus asa namun ia tetap berusaha agar Aldi dapat menerimanya dan mau menikahinya dan menjadi penyihir sepertinya.
Sore harinya ia kembali berjalan di tepian danau mengingat saat pertama kali ia mengenal Aldi. Dengan duduk bersila di bawah pohon yang rindang di tepian danau yang indah di temani senja, Erine berkata pelan dan berlinang air mata. “Seandainya bisa, aku ingin terbang bersamamu dan burung-burung di atas sana. Aku ingin terus duduk bersamamu di bawah teduhnya pohon.  di temani matahari dan angin sepoi-sepoi. Aku ingin terus menggenggam jari-jemarimu, berbagi rasa dan hangat tubuh,selamanya.
Sayangnya gravitasi menghalangiku.putaran bumi menambah setiap detik di hari-hari kita. Seperti lilin yang terus terbakar, tanpa terasa waktu kita pun tidak tersisa banyak. Semua terasa terburu-buru. Perpisahan pun terasa semakin menakutkan.
Aku rebah di tanah, memejamkan mata kuat-kuat karena air mata yang menderas. ’aku masih di sini’ bisikmu, selirih angin sore. Tapi aku tak percaya, itu hanya khayalku. Bagaimana jika saat aku membuka mata nanti,kau benar-benar tiada.”
Dengan hati yang berat ia pun meninggalkan danau dan kembali ke rumah. Waktu yang tersisa tinggal 3 hari lagi.  Namun Aldi hingga kini belum menampakkan dirinya di depan Erine. Paginya,ketika Erine bangun ia di kejutkan dengan sosok lelaki yaitu Aldi. Ia tak percaya bahwa Aldi akan mendatangi rumahnya sepagi ini. Aldi berkata kepada Erine bahwa ia juga sangat mencintai Erine, namun ia tidak bisa jika ia harus menjadi seorang penyihir seperti Erine dan meninggalkan kehidupannya selama ini begitu saja. Dan kini saatnya Erine yang harus memilih bahwa ia akan tetap menjadi seorang penyihir atau menjadi manusia biasa dan hidup bahagia bersama dengan Aldi.
Perasaan bingung kembali Erine rasakan. Erine tidak tahu apa yang harus ia pilih kekuatan sihir turun-temurun yang di wariskan oleh orang tuanya atau cinta pertamanya yang membuatnya merasa sempurna menjadi seorang manusia. Jika hatinya yang harus memilih, erine pasti lebih memilih hidup dengan Aldi di banding ia harus memiliki kekuatan sihir yang menjadikan pembatas antara ia dengan Aldi. Namun jika ia memilih untuk meninggalkan kekuatan sihirnya itu berarti ia telah mengecewakan orang tuanya yang telah memberikan amanat untuk terus menjaga kekuatan sihirnya dan menyempurnakannya dengan menikahi lelaki biasa yang rela menjadi seorang penyihir untuknya. Dan  dengan penuh ampun ia menghadap ratu sihir dan memutuskan bahwa ia akan menikah dengan aldi namun tidak untuk sebagai penyihir melainkan sebagai pasangan normal yang akan menjalani kehidupan barunya bersama Aldi yang telah merubah hidup dan cintanya. Tidak semudah itu sang ratu sihir dan orang tua Erine membiarkan Erine lebih memilih hidup bahagia dengan cintanya. Namun Erine sadar akan resiko yang akan di terimanya jika ia lebih memilih Aldi. Ditentang orang tuanya yang menjadikan suatu pertimbangan yang cukup sulit bagi Erine. Ia terus berusaha untuk mempertahankan cinta pertamanya itu. Kegigihan Erine pun membuat orang tuanya luluh dan membiarkan Erine anak semata wayangnya untuk menentukan hidup dan masa depannya sendiri.  Erine sama sekali tidak merasa menyesal dengan keputusannya ini. Erine dan Aldi pun sangat menikmati kehidupan barunya dan memutuskan untuk menikah saat Erine genap berusia 20 tahun, dan itu artinya 2 hari lagi Erine akan benar-benar menjadi manusia biasa yang normal.
Hari bahagia yang di tunggu-tunggupun tiba. Pernikahan itu digelar di danau yang telah mempertemukan mereka berdua. Dengan mengenakan gaun putih yang indah Erine duduk dengan anggunnya menatap danau dan menunggu kedatangan Aldi untuk melaksanakan pernikahan ini. Erine mulai resah karena sosok Aldi belum juga datang. Para tamu dan kerabat sudah tidak sabar untuk menyelesaikan semuanya. Erine merasa sedikit kecewa ia merasa dikhianati oleh orang yang sangat dicintainya itu. Pernikahan itu pun gagal. Namun Erine tetap setia menunggu kedatangan Aldi. Hingga sebuah kabar tentang Aldipun terdengarnya. Tidak sanggup Erine mendengarnya, ia berlari meninggalkan danau mencari sosok Aldi yang mungkin sebentar lagi sudah tiada. Berkali-kali Erine terjatuh menginjak gaun putih panjangnya itu. tapi Erine cepat kembali bangkit  terus berlari lagi dan mencari sosok Aldi. Melihat keberadaan Aldi yang tergeletak lemah, Erine berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Gaun putih yang harusnya dikenakan Erine di hari pernikahannya bersama Aldi, kini telah berubah warna tekena darah yang mengalir dari tubuh aldi yang tertabrak itu. Dengan tubuh tergeletak lemah di atas tanah dan menggenggam cincin penikahannya Aldi berkata lirih “lanjutkan hidupmu jangan pernah menyesalinya meskipun itu tanpa aku” pesan terakhir untuk Erine dari Aldi menjadi penutup lembaran hidup mereka berdua yang baru saja di mulai besama-sama. Erine memeluk erat tubuh Aldi. Kini Aldi benar-benar tiada. Erine berbisik lembut di telinga Aldi “I can’t believe it’s over”
Esoknya upacara pemakaman Aldipun di mulai. Isak tangis Erine terdengar jelas. Menetes membasahi nisan. Tangan mungilnya mencekeram tanah makam yang sedikit basah, berharap Aldi akan kembali mengisi ruang dihidupnya. Hari semakin larut, namun kaki Erine seperti tidak sanggup melangkah meninggalkan makam Aldi. Pagi harinya Erine memutuskan kembali ke rumah untuk membersihkan diri dan mencoba untuk rela melepaskan kepergian Aldi untuk selama-lamanya. Erine kembali meninggalkan rumah namun tidak untuk ke makam Aldi melainkan ke danau tempat kenangan mereka berdua. Karena dengan berada di situlah Erine merasa bahwa sosok Aldi masih ada di dekatnya.
Untuk kali ini Erine kembali tidak menyesali hidupnya meskipun Aldi telah tiada. Menjadikan 20 harinya bersama Aldi sebagai hari yang penuh makna dalam hidupnya. Erine tetap bertahan dengan cintanya terhadap aldi, hingga akhir hayatnya ia hanya memiliki satu cinta.  Karena Erine sadar sebuah kebersamaan pasti ada akhirnya. 

Kamis, 26 September 2013

[Fanfiction: Songfiction] Talking to The Moon

Song Fiction
Talking to The Moon
Hwang In Jung | Cho Kyuhyun | Lee Donghae
Inspired Song by Bruno Mars
“Talking to The Moon”
   
Present by
Ratih Eka Aprillia
©2013
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I know you’re somewhere out there
Somewhere far away…
I want you back…
I want you back…
Lima tahun sudah hidupku tanpamu. Bagaimana sekarang keadaanmu Cho Kyuhyun? Apa kau baik-baik saja disana? Apa Tuhan sangat memperhatikanmu disana? Apa kau masih mengingatku?
Aku disini sangat tidak baik-baik saja Kyu. Apa kau mengetahuinya? Apa kau bersedih karena melihat keadaanku disin? Ani… Kau pasti tak akan sedih bukan? Pasti banyak sekali bidadari cantik yang mengelilingimu saat ini, jadi kau tak akan pernah merasa sedih.
Aku disini seperti sebuah lilin tanpa benang. Seperti botol tanpa air didalamnya. Seperti pelangi tanpa warnanya. Kosong…Sepi…Hampa…
Hanya kau yang mengertiku Kyuhyun, hanya kau yang sanggup mengisi kekosongan jiwaku, hanya kau Kyuhyun, hanya kau! Kenapa kau pergi secepat itu Kyuhyun? Aku bahkan belum mengucap kata perpisahan saat kau pergi. Bahkan aku tak mendengar suaramu barang secuilpun di saat terakhirmu. Kenapa kau begitu tega kepadaku?
Aku seperti orang bodoh saat acara pemakamanmu. Bahkan tak ada setetespun air mata yang keluar dari sudut mataku. Hatiku terlalu hancur untuk diungkapkan lewat tangisan. Aku tak tahu apa yang harus ku ucapkan saat itu. Pikiranku terlalu penuh dengan segala kenanganku bersamamu.
Aku ingin kau kembali Kyu…
Bersamaku disini, memandang bulan ditanah lapang di belakang rumah. Saling mendekap ketika hujan terus saja mengguyur. Saling mengusap peluh ketika matahari begitu arogan memancarkan sinarnya. Menggenggam erat saat salah satu diantara kita terpuruk. Tertawa bersama seperti dunia hanya milik kita dan kitalah Raja dan Ratunya.
Aku ingin kau kembali Kyu…
***
My Neighbors think I’m crazy
But they don’t understand
You’re all I have…
You’re all I have…
“In Jung-ah… Apa yang kau lakukan disitu? Percuma kau menantinya disitu. Dia takkan pernah kembali lagi.” Selalu itu yang mereka katakan padaku. Atau mereka mengatakan “In Jung-ah… Sadarlah! Apa kau sudah gila menantinya disana? Cho Kyuhyun sudah mati.”
Apa mereka tak pernah merasakan yang aku rasakan? Ah… pasti tidak pernah. Asalkan kalian tahu, rasanya begitu sakit. Sangat sakit untuk di lukiskan bahkan dengan ribuan kalimat.
Apa salah jika aku mengenangnya disini? Bodoh memang jika aku menantinya setiap malam. Berharap mungkin saja dia mengelus rambutku, memelukku, dan menciumku.
Mereka tak mengetahui apapun tentang aku dan Kyuhyun. Tapi mengapa mereka seenaknya saja mengataiku bodoh, gila, tak waras. Mereka sebenarnya yang tak waras.
Mereka sama sekali tak mengetahui bahwa hanya kau yang kupunya.
Hanya kau Kyuhyun. Hanya kau…
Bisakah mereka mengerti itu walau sedikit saja?
***
At night when the stars light up my room…
I sit by myself…
“Bintangnya indah bukan? Suatu saat aku akan menjadi salah satu di antara mereka In Jung-ah. Aku akan menjadi yang paling terang. Karena aku akan menerangi malam-malammu dengan sinarku. Aku ingin menjadi bintang yang selalu menarik perhatianmu. Agar kau terus menatapku dan tak berpaling pada yang lainnya.” Kata-katamu terus terngiang di benakku saat aku pergi menatap bintang di balkon kamar tidurku. Aku selalu memilih menatap bintang yang paling terang di antara banyak bintang. Karena aku percaya bahwa itu kau, Kyu.
Dulu kita sering menatap bintang dari balkon kamar tidurku dan tanah lapang di belakang rumah. Saat menatap bintang kau selalu memeluk pinggangku dari belakang dan membisikkan suatu kalimat yang selalu membuatku membeku. “Yongwonhi, nan jeongmal saranghaeyo In Jung-ah1 .”
Di balkon kamarku tersimpan begitu banyak cerita tentang kita. Begitu banyak kepingan memori yang takkan pernah terhapus dalam ingatanku, barang secuilpun tak akan.
“In Jung-ah… Kenapa kau mau berpacaran dengan orang sepertiku? Bahkan tak menolak untuk tinggal serumah denganku? Apa kau tak takut aku berbuat macam-macam?” Tanya Kyuhyun suatu hari.
“Karena aku percaya kau orang baik, Kyu. Aku percaya bahwa kau tak akan berbuat macam-macam padaku karena kau mencintaiku. Bukankah begitu?” jawabku penuh keyakinan.
“Aku sangat menyayangimu, Kyu. Aku ingin menikah denganmu.” Sambungku.
“Aku tidak begitu yakin, chagi2.” Balasnya dengan nada putus asa.
“Wae geurae3? Apa kau akan meninggalkanku?” tanyaku dengan bibir bergetar.
“Mungkin saja aku akan sekolah di luar negri, atau yang lainnya aku tak tahu. Yang jelas kita takkan bersama dalam waktu yang lama.” Lirihnya pelan.
“Tapi kita akan bersama lagi kan? Keurom, aku akan menunggumu, Kyu.” Ucapku menahan rasa sesak di dada. Entah aku merasa benar-benar akan kehilangan Kyuhyun lama.
Dan itu benar-benar terjadi selepas SMA. Kyuhyun benar-benar meninggalkanku. Untuk selamanya.
***
Talking to The Moon…
Trying to get to you…
In hopes you’re on the other side talking to me too…
Or I’m a fool who sit alone…
Talking to the Moon…
“Bulan… Katakan pada Kyuhyun aku sangat merindukannya. Bujuk dia untuk kembali padaku. Ku mohon. Aku selalu menantinya sendiri disini. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan tanpanya. Kyuhyun terlalu mempengaruhi hidupku sepenuhnya. Bisakah kau bisikkan padanya bahwa aku sangat mencintainya?” bisikku entah pada siapa saat aku memandang bulan penuh yang begitu indah. Namun tak seindah saat aku melihatnya bersama Kyuhyun.
Aku menangis. Selalu itu yang kulakukan saat mengingat Kyuhyun. Aku ingin memutar waktu sekali lagi untuk mengatakan pada Kyuhyun bahwa aku sangat mencintainya untuk terakhir kalinya.
Jika saja ada cara yang membuatmu bisa kembali, Kyu. Aku akan melakukannya. Walau aku harus sakit, semuanya kulakukan agar kau bisa disisiku lagi.
Aku memang bodoh menantimu disini. Aku memang bodoh setiap malam menatap langit dengan mengenangmu. Aku memang bodoh saat aku mencoba berbicara pada bulan agar membujukmu kembali kesisiku. Aku memang bodoh dengan gelisah menanti malam yang mendung dan hujan agar lekas terang dan menampakkan bintang-bintang. Aku memang bodoh. Bodoh karena terlalu mencintaimu, Kyu.
***
I’m feeling like I’m famous
The talk of the town
They said I’ve gone mad
Yeah, I’ve gone mad…
“Eh, bukankah itu In Jung eonni4 kekasih Kyuhyun oppa5 yang sudah meninggal itu? Kasihan yah? Katanya dia frustasi. Dia dulu orang yang ceria, tapi sekarang dia menjadi sangat pendiam dan tertutup sejak kematian Kyuhyun oppa.”
“Dia Hwang In Jung kekasih Kyuhyun sunbae6. Kabarnya dia sangat terpukul dengan kematian Kyuhyun sunbae. Dia juga sedikit terguncang. Ani, maksudku gila.”
“Hwang In Jung. Dia sering menunggu Kyuhyun oppa di bawah sinar bulan. Katanya dia juga sering berbicara sendiri di balkon rumahnya. Dia benar-benar gila rupanya.”
Aigoo7! Kenapa mereka terus saja membicarakanku? Apa mereka tak bosan membicarakanku? Sudah cukup aku sakit di tinggal oleh Kyuhyun, mereka masih saja menambah rumor yang buruk tentangku.
Kyuhyun… Aku ingin menangis dalam pelukmu lagi saat ini. Aku benar-benar ingin mati. Aku gila seperti yang mereka katakan Kyuhyun. Aku gila…!!!
Di setiap sudut mereka melihatku, mereka terus saja membicarakanku. Ada apa dengan mereka? Apa tak ada hal penting lain selain membicarakanku? Apa hidupku mempengaruhi mereka semua? Tidakkan? Tapi mengapa mereka seperti ini?
Kyuhyun bantu aku…
Ku mohon…
***
But they don’t know what I know
‘Cause when the sun goes down
Someone talking back…
Yeah, they talking back…
Mereka tahu apa tentang kita? Ha… tak sedikitpun mereka tahu. Mereka hanya sok tahu. Dasar mereka kurang kerjaan. Mereka sama sekali tak tahu apa yang aku tahu, namun seenaknya saja bicara.
Andai mereka tahu segalanya, Andai mereka tahu apa yang kurasa. Andai mereka tahu.
Andai mereka tahu…
Seseorang duduk sendiri di tanah lapang memandang bulan dan mencoba mencari sisa dari kenangan dirinya dan kekasihnya, apa sesuatu yang salah dan berdosa?
Seseorang yang tengah berdiri sendiri di balkon kamarnya dan memfokuskan pandangannya kepada satu bintang yang paling terang. Berharap bahwa bintang tersebut adalah kekasihnya yang telah lama pergi meninggalkannya. Apa itu sesuatu yang gila?
Tak peduli seberapa banyak mereka menyebar gossip dan rumor yang menyakitkan untuk di dengar, aku akan tetap seperti ini. Menunggumu datang untukku.
Walau hanya sekali saja…
***
At night when the stars light up my room
I sit by myself…
Perlahan-lahan ingatan kembali menghiasi mimpiku kali ini. Melihatmu tersenyum, tertawa, dan bahagia.
17 April 2007
Tepat saat ulang tahunku yang ke 18 tahun. Tepat saat itu juga kau meninggalkanku Kyuhyun.
Aku menunggumu seperti yang telah kita sepakati, di tepi sungai Han. Tempat penuh kenangan dimana kita untuk kali pertama bertemu. Saat itu kau sedang sibuk dengan MP3 mu hingga tak menyadari bahwa ada aku duduk yang saat itu juga tengah sibuk menulis di buku harianku, menuliskan keinginanku untuk mendapat sebuah keajaiban. Disaat kau menabrakku, saat itu pulalah aku berpikir bahwa kau keajaiban yang dikirim Tuhan untukku. Dan ternyata, kau benar-benar menjadi keajaiban dalam hidupku setelahnya. Kau keajaibanku, Kyu.
Saat itu aku sangat kesal karena telah menunggumu berjam-jam lamanya. Sampai akhirnya orang tuamu menelponku dan mengatakan bahwa kau telah mengalami kolaps dan terbaring koma. Setelah mendengarnya aku tak berkata sedikitpun. Aku langsung berlari menuju rumah sakit.
Setelah sampai disana, tak peduli akan yang orang lain katakan aku langsung masuk dalam ruangan yang di dalamnya terdapat seseorang yang sangat ku cintai, Cho Kyuhyun sedang terbaring lemah.
“Kyuhyun, ireona8… palliwa9! Apa kau tak kasihan membiarkanku menunggu sendiri di tempat yang telah di janjikan selama berjam-jam? Kakiku pegal, kyu. Kau harus bangun dan memijatku. Kau harus bangun, Kyu! Kau tega membiarkanku menangis di hari ulang tahunku, eoh10? Kyuhyun ireona… Ku mohon. Jangan tidur seperti ini. Dirumah lebih hangat daripada di sini, Kyu. Kyuhyun ireona…” isakku sambil mengusap pelan pipi Kyuhyun yang terasa begitu dingin.
Banyak slang-slang yang menancap di tubuhnya. Aku sakit melihat Kyuhyun-ku saat itu. Dia terlihat menahan sakit dalam diam. Sesakit apa perasaan itu, Kyu?
“In Jung-ah… Uljima11, ne12. Kyuhyun akan baik-baik saja. Percayalah…” Eomma Kyuhyun mencoba menenangkanku. Padahal dia pasti juga merasakan apa yang kurasa, tapi dia tetap mencoba tenang. Sangat persis dengan Kyuhyun.
“Eomonim13… Sebenarnya apa yang terjadi, ha? Kenapa kalian baru mengabariku?” tanyaku pasrah. Eomonim hanya memeluk pundakku dan mengelus puncak kepalaku.
“Kyuhyun… Ireona… Ireona… Jeball14!!!” aku menggenggam erat tangan Kyuhyun. Aku mengecup dahinya singkat. Ku kecup lagi dan kubisikkan sebuah kata yang mungkin tak asing lagi di telinga Kyuhyun. “Saranghae15, Kyu. Jeongmal16 saranghae.  Ireona chagi. Aku menantimu disini.” Lalu aku mengecup kedua pipi Kyuhyun yang dingin. Ku usap pelan punggung tangannya, ku belai rambut coklatnya. Aku terus mengamati kelopak matanya yang masih saja tertutup itu. Berharap akan terbuka perlahan dan memperlihatkan mata hazelnya yang menawan tersebut.
Pintu kamar Kyuhyun terbuka dan menampakkan seorang yeoja yang sedikit lebih tua dariku berjalan bersama seorang namja yang telah berumur namun tetap terlihat berwibawa, merekalah Ahra eonni dan Cho Ahjusshi17, appa18 Kyuhyun. Ahra eonni terlihat sembab matanya, ia membawa sebuah bingkisan warna biru dengan pita berwarna merah yang terlihat rapid an indah, hanya saja terdapat noda darah di beberapa bagian sisinya.
“Ja… ikut eonni sebentar In Jung-ah.” Perintah appa Kyuhyun padaku.
Aku hanya menurut dan mencoba menghapus sisa-sisa air mataku. Aku mencoba untuk tenang dan berpikir jernih. Seperti yang selalu Kyuhyun ajarkan padaku. Ahra eonni menggandeng tanganku lembut. Kurasakan tangannya sedikit gemetar.
Kami sampai di sebuah bangku di lorong rumah sakit. Ahra eonni menghembuskan sebuah nafas panjang dan berat. Aku sangat bingung dengan keadaan ini.
 “In Jung-ah… Bukalah, ini kado dari Kyuhyun untukmu.” Jelas Ahra eonni sambil menyodorkan bingkisan itu padaku.
Tanganku bergetar menerima bingkisan itu. Aku ingin sekali membukanya, namun aku terlalu takut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Aku terlalu takut jika saja isinya akan membuatku mengerti bagaimana waktu selanjutnya berjalan. Kenapa perasaanku sangat tidak nyaman seperti ini?
“Bukalah sayang, kau pasti akan senang menerimanya.” Ucap eommonim sambil membelai rambutku.
Kuberanikan diriku untuk membukanya. Sebuah gaun pengantin dan sepasang cincin cantik juga sebuah surat yang ditulis diatas kertas warna biru. Aku dan Kyuhyun memang sama-sama menyukai warna biru. Ku tegarkan hatiku untuk membaca suratnya. Entah mengapa terselip sebuah perasaan takut.
            Saengil chukkae19, chagi!!! ^^
            Apa kau suka kado dariku? Cantik bukan? Tapi lebih cantik jika kau memakainya.
Sebenarnya aku ingin sekali melihatmu memakai gaun itu dan berjalan menuju altar bersamaku. Namun aku tahu bahwa itu tak akan mungkin terjadi.
Karena aku tahu aku tak akan dapat bersamamu. Kau terlalu agung untuk bersanding denganku Hwang In Jung.
Aku tak dapat bertahan lebih lama lagi untuk bersamamu In Jung-ah.
Mianhae20
Jeongmal mianhae…
Maka maafkan aku jika meninggalkanmu terlalu cepat.
Pakailah gaun itu saat pernikahanmu dengan namja yang lebih baik dariku, eoh! Juga cincinnya. Anggap saja itu hadiah pernikahan dariku yang kuberikan lebih awal. Berjanjilah untuk jangan menangis.
Berjanjilah kau akan hidup dengan baik In Jung-ah.
Kau harus kuat, ne. ^^
Asal kau tahu saja, aku akan selamanya mencintaimu dan menjagamu In Jung-ah.
Jadi kau tak perlu menghawatirklanku lagi.
Banyak-banyaklah tersenyum.
Setelah aku pergi, nanti kau tak perlu repot-repot membangunkanku pagi-pagi untuk sekolah. Kau tak perlu merasa jengkel karena setiap kali makan aku selalu menyisakan benda hijau menjijikkan itu di piringku. Hidupmu pasti akan jauh lebih tenang tanpaku. Segeralah menikah! Bukankah itu yang kau inginkan dulu? Menikah setelah lulus SMA, sayangnya tidak denganku. Mian kalau selama ini aku terlalu banyak merepotkanmu. Saranghae In Jung-ah. Gomawo21 karena telah mengisi hari-hariku. Kau yang nomor satu In Jung-ah. Sekali lagi, Saranghae In Jung-ah. Jeongmal saranghae.
In Jung-ah… Hwaiting22!!! ^^9
Cho Kyuhyun
“Eonni, apa maksudnya ini? Kenapa Kyuhyun ingin pergi meninggalkanku? Sebenarnya ada apa dengan Kyuhyun? Eonni…” Lirihku dengan tubuh yang bergetar hebat.
“Sudah… Sudah lama Kyuhyun… Tumor otak In Jung-ah… Tumor otak…” Ahra eonni tak sanggup lagi membendung air matanya. Semuanya luruh begitu saja.
Setelah mendengar segalanya dari Ahra eonni, aku langsung menangis sejadi-jadinya. Aku langsung berlari menuju Kyuhyun dan memeluknya.
“Jadi selama ini, kau sering sakit kepala, kau sering mimisan, kau sering tergeletak lemah. Itu semua karena Tumor otak, Kyu? Kenapa tak pernah kau beri tahu aku? Kenapa kau sembunyikan semua ini dariku? Wae23 ? Waeyo, Kyu?” Aku menggenggam erat tangan Kyuhyun, aku tak ingin melepasnya pergi dariku. Tak ingin!
“Tidak, Kyu. Jangan pergi. Aku hanya ingin menikah denganmu saja, bukan orang lain! Neo ppuniya24, Kyu! Neo ppuniya!” aku kembali histeris saat mendengar suara alat yang aku tak tahu namanya. Suaranya sangat memekikkan telinga. Dilayarnya tergambar jelas garis lurus yang semulanya bergerak naik turun.
“Paboneyo25 Cho Kyuhyun! Jeongmal paboya! Ireona… Ireona… Kyuhyun… Ireona….!!” Teriakku sambil mengguncang bahu Kyuhyun.
“Relakan dia pergi. Relakan dia pergi In Jung-ah.” Bisik Ahra eonni yang memeluk bahuku dari belakang. Aku hanya membalasnya dengan isakanku yang semakin keras.
***
Talking to The Moon…
Trying to get to you…
In hopes you’re on the other side talking to me too…
Or I’m a fool who sit alone…
Talking to the Moon…
Tiba saat upacara kematian Kyuhyun. Aku memakai Hanbook26 yang sama dengan Ahra eonni, didominasi warna hitam dan putih. Aku hanya duduk bersimpuh di depan peti jenazah Kyuhyun. Aku meremas-remas bajuku. Pandanganku kosong. Dalam pikiranku hanya sesuatu yang berhubungan dengan Kyuhyun. Semua memori dengannya berputar begitu saja di otakku. Membuatku merasakan sakit yang teramat menyiksa di kepalaku. Tapi rasa sakit itu tidaklah separah apa yang kurasa didalam dadaku. Bergemuruh hebat layaknya badai dahsyat yang sanggup menghancurkan seluruh Korea.
Entah apa yang harus kulakukan. Ahra eonni menangis disampingku. Ia menggenggam erat tanganku. Aku tak tahu apa harus aku menenangkannya, padahal aku sendiri juga sama sakit dan terguncangnya.
Abeonim27dan Eomonim juga terlihat menitikkan air matanya. Mereka mencoba untuk tegar.
Sedangkan aku? Aku tak tahu apa yang kurasakan saat ini. Melihat foto Kyuhyun membuatku merinding dan dadaku bergejolak hebat. Air mataku telah kering, telah habis tak tersisa untuk saat itu.
Aku memandang foto Kyuhyun sekali lagi.
Selamat Jalan Kyuhyun… Aku mencintaimu.
***
Do you ever hear me calling?
‘Cause every night I’m talking to the moon
Still trying to get to you
February, 03rd 2013
Pernahkah kau selama ini mendengarkan panggilanku setiap malam?
Pernahkah kau tersenyum saat aku menatap bintang yang paling terang dan menganggap itu adalah dirimu?
Pernahkah bulan menyampaikan salam rinduku padamu, Kyu?
Pernahkah kau tahu jika aku selalu menunggumu kembali ke sisiku?
Ku tatap lagi nisan milik orang yang paling ku cintai seumur hidupku.
Rest In Peace
Our beloved friend, son, brother, and darling
Cho Kyuhyun
February, 03rd 1988 – April, 17th  2007
Ku usap perlahan dan ku sandarkan sebuah rangkaian bunga tulip kuning yang sangat disukai Kyuhyun. Aku tersenyum sekali lagi menatap nisannya. Rasa sakit itu telah berangsur-angsur menghilang, namun tidak dengan rasa cintaku pada Kyuhyun. Masih sama seperti dulu.
“Saengil chukkae hamnida, Kyu. Bagaimana kabarmu sekarang? Apa kau baik-baik saja disana? Aku sangat merindukanmu, Kyu. Kau tahu? Hidupku sudah mulai berubah dalam tiga tahun terakhir ini. Aku belajar untuk merelakanmu, Kyu. Aku tak ingin terus terpuruk dan mungkin saja membuatmu bersedih melihat keadaanku yang sangat buruk saat itu. Tapi aku masih tetap mencintaimu, Kyu. Hanya saja maukah kau membagi sedikit ruangan dihatiku untuk seorang namja yang berhasil membuatku kembali tersenyum? Boleh ya? Dia namja yang baik, Kyu. Dia sangat senang membuat lelucon sepertimu saat aku sedih. Aku akan menikah dengannya, Kyu. Boleh ya?” aku berbicara sendiri sambil terus mengusap-usap pelan nisan Kyuhyun.
“Mwoya28? Kau akan menikah? Issh… Secepat itukah kau meninggalkanku?” seru sebuah suara dari belakangku. Suara yang sangat ku kenali. Saat aku menoleh untuk melihat siapa pemilik suara itu, ya Tuhan… Apa aku salah melihat? Apa ini mimpi? Wae geurae? Aku melihat Kyuhyun memakai setelan jas putih yang membuatnya terlihat sangat… tampan.
Aku terpaku di tempat aku duduk. Aku masih tak percaya dengan apa yang ku lihat saat ini.
“Kyuhyun? Cho Kyuhyun?” gumamku pelan.
“Tentu saja ini aku. Bagaimana? Apa aku jauh lebih tampan?” balasnya penuh percaya diri. Masih seperti dulu.
“Apa ini nyata? Apa kau benar-benar Kyuhyun? Apa aku hanya berhalusinasi?” tanyaku dengan hati yang berdebar-debar.
“Ini nyata. Apa kau sudah lupa akan wajah tampanku, eoh? Kau tidak sedang berhalusinasi, chagi.” Balas Kyuhyun dengan tersenyum manis padaku. Kulihat kilatan dimata hazelnya. Sesuatu yang selalu kurindukan selama ini.
“Jeongmal bogoshipo29, Kyu.” Aku langsung menghambur kedalam pelukannya. Hangat… Tangisku langsung pecah di dalamnya.
“Kau masih saja cengeng? Uljima In Jung-ah. Aku juga sangat merindukanmu. Kau tahu, sebenarnya aku selama ini selalu berada di dekatmu. Aku selalu menjagamu. Karena aku tak dapat jauh darimu barang sedetikpun. Aku bahagia mengetahui kau akan menikah. Aku juga tahu jika Lee Donghae adalah namja30 yang baik. Berbahagialah dengannya, chagi.” Kyuhyun mengecup singkat puncak kepalaku lalu mengelusnya.
“Jeongmal saranghaeyo, In Jung-ah.” Sambungnya.
“Na ddo31 saranghaeyo, Kyu.” Balasku. Aku semakin mempererat pelukanku pada Kyuhyun. Aku tak ingin dia pergi. Kyuhyun melepaskan pelukanku lalu menghapus sisa air mataku dengan ibu jarinya. Ia mengelus kedua pipiku lalu mengecup bibirku.
Basah dan hangat. Masih seperti saat Kyuhyun menciumku dulu. Aku membalas ciumannya. Kami bergelut lama dalam keadaan tersebut. Aku benar-benar merindukan ciumannya. Kyuhyun menghentikan ciumannya karena ia sadar bahwa aku telah kehabisan napas. Aku terengah-engah. Aku memalingkan wajahku dan kemudian duduk di tanah. Kyuhyun mengikuti tingkahku. Ia juga duduk disampingku. Aku tertawa, tertawa lepas sekali. Entah kapan aku terakhir kali tertawa selepas ini.
“Aku tak percaya dengan semua ini.” Gumamku pelan.
“Keurom32. Akan kubuat kau mempercayainya.” Balas Kyuhyun. Ia lalu kembali mencium bibirku. Tapi kali ini aku tak membalasnya. Aku mencoba merasakan ciuman dari Kyuhyun dan menghapalnya. Aku tak mau melupakan sensasinya. Setelah itu dia kembali melepas ciumannya. Aku hanya tersenyum menatapnya.
“Jangan tatap aku seperti itu.” Kyuhyun lalu mencubit hidungku pelan.
“Aku begitu merindukan semuanya, Kyu. Semuanya bersamamu.” Ungkapku padanya dan masih terus memandangnya.
“Sering-seringlah mengunjungiku, Kyu.” Sambungku.
“Baiklah tuan putri.” Jawabnya sambil mengacak pelan rambutku.
Dari kejauhan aku melihat seorang namja keluar dari sebuah mobil BMW silver memakai baju kasual sederhana yang justru tambah membuatnya semakin terlihat tampan.
“Kyu, itu Lee…” ucapanku terhenti saat menyadari Kyuhyun tak berada disampingku lagi melainkan berjalan menjauh membelakangiku. Ia menoleh dan tersenyum sambil melambaikan tangannya. Aku membalas lambaian tangannya dan berbisik pelan, “Sampai jumpa lagi, Kyu. Aku selalu menunggumu.” Kulihat perlahan-lahan Kyuhyun mulai menghilang. Aku lalu berbalik dan melambaikan tanganku pada namja tadi. Lee Donghae yang sedang berjalan ke arahku.
***
In hope you’re on the other side talking to me too
Or I’m a fool who sit alone
Talking to the moon…           
17 April 2013
“Kini kalian telah resmi menjadi suami istri.” Kalimat tersebut disusul oleh banyak tepuk tangan yang hadir saat pernikahan kami. Maksudku aku dan Lee Donghae, namja yang di jodohkan kepadaku oleh orang tuaku yang tak tahan melihatku terus bersedih karena Kyuhyun.
Tiga tahun aku mencoba menjalankan hubungan dengannya. Ia sangat mengerti diriku. Walau telah berulang kali ku tolak, namun ia tetap teguh pendiriannya untuk mendapatkan hatiku. Hingga akhirnya aku luluh dan mau untuk belajar mencintainya. Ia juga tak perah marah saat aku banyak mengenang tentang Kyuhyun. Ia justru sangat senang mendengarku bercerita tentang Kyuhyun. Dia benar-benar namja yang baik. Apa kau yang telah memilihkannya untuku, Kyu?
Aku melihat sosok Kyuhyun ikut bertepuk tangan diantara tamu-tamu lainnya. Ia mengenakan setelan jas yang sama seperti saat aku bertemu dengannya waktu itu. Ia berjalan mendekatiku dan berbisik, “See. Kau cantik seperti yang kukatakan bukan jika mengenakan gaun ini? Cincinnya juga sangat terlihat manis jika melingkar di jarimu. Chukkae33, In Jung-ah! Semoga kau bahagia. Ingatlah aku akan selalu ada disampingmu dan menjagamu.” Ia lalu mengecup pipiku singkat dan pergi entah kemana.
Donghae menarik tanganku lembut lalu mencium bibirku. Aku sama sekali tak menolak, justru aku sangat menikmatinya. Tapi, sensasi ini aku seperti mengenalnya. Saat kubuka mataku, entah mengapa wajah Lee Donghae justru berubah menjadi wajah Kyuhyun. Apa aku salah lihat? Bukankah tadi yang menciumku itu Lee Donghae? Kenapa sekarang menjadi Kyuhyun? Sensasi ini, persis seperti ketika Kyuhyun menciumku.
Entahlah. Namun yang jelas, aku sangat menikmatinya. Kututup lagi mataku. Saat aku menghentikan ciumanku dan membuka mataku. Wajah Kyuhyun berganti menjadi Lee Donghae. Aku benar-benar bingung dengan semua ini. Dimana Kyuhyun? Kenapa dia membuatku bingung?
“Aku hanya tak rela melihat kau dicium oleh namja lain. Kkk~.” Kyuhyun terkekeh kecil disampingku. Aku mengikutinya untuk terkekeh kecil. Ia lalu berjalan meninggalkanku dan sosoknya kembali hilang perlahan-lahan seperti saat itu.
“Gomawo, Kyu.” Gumamku pelan.
Cho Kyuhyun. Aku akan selalu menantimu di bawah sinar bulan. Aku akan selalu menitipkan salamku untukmu padanya. Aku akan selalu memandang bintang yang paling terang dan menganggapnya dirimu.
Aku akan selalu mencintaimu.
Selamanya…
***
I know you’re somewhere out there…
Somewhere far away…         
---------------------------------------------------The End-------------------------------------------------
Vocabulary
1.      Yongwonhi, nan jeongmal saranghaeyo In Jung-ah : Selamanya, aku sangat mencintaimu In Jung.
2.      Chagi : Sayang
3.      Wae geureh : Ada apa
4.      Eonni : panggilan seorang perempuan kepada perempuan yang lebih tua
5.      Oppa : panggilan seorang perempuan kepada laki-laki yang lebih tua
6.      Sunbae : Senior, kakak kelas
7.      Aigoo : (Sebuah ekspresi pengungkapan perasaan) Astaga
8.      Ireona : Bangun, bangkit (tergantung konteks dan suasana)
9.      Palliwa : Cepat
10.  Eoh : (Sebuah akhiran kalimat untuk menekankan nada bicara)
11.  Uljima : Tenanglah
12.  Ne : Ya
13.  Eomonim : Ibu (formal)
14.  Jeball : Ku mohon
15.  Saranghae : Aku mencintaimu
16.  Jeongmal : Sungguh
17.  Ahjusshi : paman
18.  Appa : Ayah (informal)
19.  Saengil Chukkae : selamat ulangtahun (biasanya ditambah dengan ‘hamnida’)
20.  Mianhae, Mian : Maaf
21.  Gomawo : Terima kasih (Informal)
22.  Hwaiting : Semangat
23.  Wae, Waeyo : Mengapa
24.  Neo ppuniya : Hanya kau
25.  Pabo, Paboneyo, Paboya : Bodoh
26.  Hanbook : Pakaian tradisional korea
27.  Abeonim : Ayah (formal)

28.  Mwoya : Apa?
29.  Bogoshipo : Aku merindukanmu
30.  Namja : Laki-laki
31.  Na ddo : Aku juga…
32.  Keorom : Kalau begitu

33.  Chukkae : Selamat