Song Fiction♫
♥Talking to The Moon♥
Hwang In Jung | Cho Kyuhyun | Lee
Donghae
Inspired Song by Bruno Mars
“Talking to The Moon”
Present by
Ratih Eka Aprillia
©2013
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I know you’re
somewhere out there
Somewhere far away…
I want you back…
I want you back…
Lima
tahun sudah hidupku tanpamu. Bagaimana sekarang keadaanmu Cho Kyuhyun? Apa kau
baik-baik saja disana? Apa Tuhan sangat memperhatikanmu disana? Apa kau masih
mengingatku?
Aku
disini sangat tidak baik-baik saja Kyu. Apa kau mengetahuinya? Apa kau bersedih
karena melihat keadaanku disin? Ani… Kau pasti tak akan sedih bukan? Pasti
banyak sekali bidadari cantik yang mengelilingimu saat ini, jadi kau tak akan
pernah merasa sedih.
Aku
disini seperti sebuah lilin tanpa benang. Seperti botol tanpa air didalamnya.
Seperti pelangi tanpa warnanya. Kosong…Sepi…Hampa…
Hanya
kau yang mengertiku Kyuhyun, hanya kau yang sanggup mengisi kekosongan jiwaku,
hanya kau Kyuhyun, hanya kau! Kenapa kau pergi secepat itu Kyuhyun? Aku bahkan
belum mengucap kata perpisahan saat kau pergi. Bahkan aku tak mendengar suaramu
barang secuilpun di saat terakhirmu. Kenapa kau begitu tega kepadaku?
Aku
seperti orang bodoh saat acara pemakamanmu. Bahkan tak ada setetespun air mata
yang keluar dari sudut mataku. Hatiku terlalu hancur untuk diungkapkan lewat
tangisan. Aku tak tahu apa yang harus ku ucapkan saat itu. Pikiranku terlalu
penuh dengan segala kenanganku bersamamu.
Aku ingin kau kembali Kyu…
Bersamaku
disini, memandang bulan ditanah lapang di belakang rumah. Saling mendekap
ketika hujan terus saja mengguyur. Saling mengusap peluh ketika matahari begitu
arogan memancarkan sinarnya. Menggenggam erat saat salah satu diantara kita
terpuruk. Tertawa bersama seperti dunia hanya milik kita dan kitalah Raja dan
Ratunya.
Aku ingin kau kembali Kyu…
***
My Neighbors think
I’m crazy
But they don’t
understand
You’re all I have…
You’re all I have…
“In
Jung-ah… Apa yang kau lakukan disitu? Percuma kau menantinya disitu. Dia takkan
pernah kembali lagi.” Selalu itu yang mereka katakan padaku. Atau mereka
mengatakan “In Jung-ah… Sadarlah! Apa kau sudah gila menantinya disana? Cho
Kyuhyun sudah mati.”
Apa
mereka tak pernah merasakan yang aku rasakan? Ah… pasti tidak pernah. Asalkan
kalian tahu, rasanya begitu sakit. Sangat sakit untuk di lukiskan bahkan dengan
ribuan kalimat.
Apa
salah jika aku mengenangnya disini? Bodoh memang jika aku menantinya setiap
malam. Berharap mungkin saja dia mengelus rambutku, memelukku, dan menciumku.
Mereka
tak mengetahui apapun tentang aku dan Kyuhyun. Tapi mengapa mereka seenaknya
saja mengataiku bodoh, gila, tak waras. Mereka sebenarnya yang tak waras.
Mereka
sama sekali tak mengetahui bahwa hanya kau yang kupunya.
Hanya
kau Kyuhyun. Hanya kau…
Bisakah
mereka mengerti itu walau sedikit saja?
***
At night when the
stars light up my room…
I sit by myself…
“Bintangnya
indah bukan? Suatu saat aku akan menjadi salah satu di antara mereka In
Jung-ah. Aku akan menjadi yang paling terang. Karena aku akan menerangi
malam-malammu dengan sinarku. Aku ingin menjadi bintang yang selalu menarik
perhatianmu. Agar kau terus menatapku dan tak berpaling pada yang lainnya.”
Kata-katamu terus terngiang di benakku saat aku pergi menatap bintang di balkon
kamar tidurku. Aku selalu memilih menatap bintang yang paling terang di antara
banyak bintang. Karena aku percaya bahwa itu kau, Kyu.
Dulu
kita sering menatap bintang dari balkon kamar tidurku dan tanah lapang di
belakang rumah. Saat menatap bintang kau selalu memeluk pinggangku dari
belakang dan membisikkan suatu kalimat yang selalu membuatku membeku.
“Yongwonhi, nan jeongmal saranghaeyo In Jung-ah1 .”
Di
balkon kamarku tersimpan begitu banyak cerita tentang kita. Begitu banyak
kepingan memori yang takkan pernah terhapus dalam ingatanku, barang secuilpun
tak akan.
“In
Jung-ah… Kenapa kau mau berpacaran dengan orang sepertiku? Bahkan tak menolak
untuk tinggal serumah denganku? Apa kau tak takut aku berbuat macam-macam?”
Tanya Kyuhyun suatu hari.
“Karena
aku percaya kau orang baik, Kyu. Aku percaya bahwa kau tak akan berbuat
macam-macam padaku karena kau mencintaiku. Bukankah begitu?” jawabku penuh
keyakinan.
“Aku
sangat menyayangimu, Kyu. Aku ingin menikah denganmu.” Sambungku.
“Aku
tidak begitu yakin, chagi2.” Balasnya dengan nada putus asa.
“Wae
geurae3? Apa kau akan meninggalkanku?” tanyaku dengan bibir
bergetar.
“Mungkin
saja aku akan sekolah di luar negri, atau yang lainnya aku tak tahu. Yang jelas
kita takkan bersama dalam waktu yang lama.” Lirihnya pelan.
“Tapi
kita akan bersama lagi kan? Keurom, aku akan menunggumu, Kyu.” Ucapku menahan
rasa sesak di dada. Entah aku merasa benar-benar akan kehilangan Kyuhyun lama.
Dan
itu benar-benar terjadi selepas SMA. Kyuhyun benar-benar meninggalkanku. Untuk
selamanya.
***
Talking to The
Moon…
Trying to get to
you…
In hopes you’re on
the other side talking to me too…
Or I’m a fool who
sit alone…
Talking to the Moon…
“Bulan…
Katakan pada Kyuhyun aku sangat merindukannya. Bujuk dia untuk kembali padaku.
Ku mohon. Aku selalu menantinya sendiri disini. Aku tak tahu apa yang harus ku
lakukan tanpanya. Kyuhyun terlalu mempengaruhi hidupku sepenuhnya. Bisakah kau
bisikkan padanya bahwa aku sangat mencintainya?” bisikku entah pada siapa saat
aku memandang bulan penuh yang begitu indah. Namun tak seindah saat aku
melihatnya bersama Kyuhyun.
Aku
menangis. Selalu itu yang kulakukan saat mengingat Kyuhyun. Aku ingin memutar
waktu sekali lagi untuk mengatakan pada Kyuhyun bahwa aku sangat mencintainya
untuk terakhir kalinya.
Jika
saja ada cara yang membuatmu bisa kembali, Kyu. Aku akan melakukannya. Walau
aku harus sakit, semuanya kulakukan agar kau bisa disisiku lagi.
Aku
memang bodoh menantimu disini. Aku memang bodoh setiap malam menatap langit
dengan mengenangmu. Aku memang bodoh saat aku mencoba berbicara pada bulan agar
membujukmu kembali kesisiku. Aku memang bodoh dengan gelisah menanti malam yang
mendung dan hujan agar lekas terang dan menampakkan bintang-bintang. Aku memang
bodoh. Bodoh karena terlalu mencintaimu, Kyu.
***
I’m feeling like
I’m famous
The talk of the
town
They said I’ve gone
mad
Yeah, I’ve gone mad…
“Eh,
bukankah itu In Jung eonni4 kekasih Kyuhyun oppa5 yang
sudah meninggal itu? Kasihan yah? Katanya dia frustasi. Dia dulu orang yang
ceria, tapi sekarang dia menjadi sangat pendiam dan tertutup sejak kematian
Kyuhyun oppa.”
“Dia
Hwang In Jung kekasih Kyuhyun sunbae6. Kabarnya dia sangat terpukul
dengan kematian Kyuhyun sunbae. Dia juga sedikit terguncang. Ani, maksudku
gila.”
“Hwang
In Jung. Dia sering menunggu Kyuhyun oppa di bawah sinar bulan. Katanya dia
juga sering berbicara sendiri di balkon rumahnya. Dia benar-benar gila rupanya.”
Aigoo7!
Kenapa mereka terus saja membicarakanku? Apa mereka tak bosan membicarakanku?
Sudah cukup aku sakit di tinggal oleh Kyuhyun, mereka masih saja menambah rumor
yang buruk tentangku.
Kyuhyun…
Aku ingin menangis dalam pelukmu lagi saat ini. Aku benar-benar ingin mati. Aku
gila seperti yang mereka katakan Kyuhyun. Aku gila…!!!
Di
setiap sudut mereka melihatku, mereka terus saja membicarakanku. Ada apa dengan
mereka? Apa tak ada hal penting lain selain membicarakanku? Apa hidupku
mempengaruhi mereka semua? Tidakkan? Tapi mengapa mereka seperti ini?
Kyuhyun
bantu aku…
Ku
mohon…
***
But they don’t know
what I know
‘Cause when the sun
goes down
Someone talking
back…
Yeah, they talking back…
Mereka
tahu apa tentang kita? Ha… tak sedikitpun mereka tahu. Mereka hanya sok tahu.
Dasar mereka kurang kerjaan. Mereka sama sekali tak tahu apa yang aku tahu,
namun seenaknya saja bicara.
Andai
mereka tahu segalanya, Andai mereka tahu apa yang kurasa. Andai mereka tahu.
Andai mereka tahu…
Seseorang
duduk sendiri di tanah lapang memandang bulan dan mencoba mencari sisa dari
kenangan dirinya dan kekasihnya, apa sesuatu yang salah dan berdosa?
Seseorang
yang tengah berdiri sendiri di balkon kamarnya dan memfokuskan pandangannya
kepada satu bintang yang paling terang. Berharap bahwa bintang tersebut adalah
kekasihnya yang telah lama pergi meninggalkannya. Apa itu sesuatu yang gila?
Tak
peduli seberapa banyak mereka menyebar gossip dan rumor yang menyakitkan untuk
di dengar, aku akan tetap seperti ini. Menunggumu datang untukku.
Walau hanya sekali saja…
***
At night when the
stars light up my room
I sit by myself…
Perlahan-lahan
ingatan kembali menghiasi mimpiku kali ini. Melihatmu tersenyum, tertawa, dan
bahagia.
17
April 2007
Tepat
saat ulang tahunku yang ke 18 tahun. Tepat saat itu juga kau meninggalkanku
Kyuhyun.
Aku
menunggumu seperti yang telah kita sepakati, di tepi sungai Han. Tempat penuh
kenangan dimana kita untuk kali pertama bertemu. Saat itu kau sedang sibuk
dengan MP3 mu hingga tak menyadari bahwa ada aku duduk yang saat itu juga
tengah sibuk menulis di buku harianku, menuliskan keinginanku untuk mendapat
sebuah keajaiban. Disaat kau menabrakku, saat itu pulalah aku berpikir bahwa
kau keajaiban yang dikirim Tuhan untukku. Dan ternyata, kau benar-benar menjadi
keajaiban dalam hidupku setelahnya. Kau keajaibanku, Kyu.
Saat
itu aku sangat kesal karena telah menunggumu berjam-jam lamanya. Sampai
akhirnya orang tuamu menelponku dan mengatakan bahwa kau telah mengalami kolaps
dan terbaring koma. Setelah mendengarnya aku tak berkata sedikitpun. Aku
langsung berlari menuju rumah sakit.
Setelah
sampai disana, tak peduli akan yang orang lain katakan aku langsung masuk dalam
ruangan yang di dalamnya terdapat seseorang yang sangat ku cintai, Cho Kyuhyun
sedang terbaring lemah.
“Kyuhyun,
ireona8… palliwa9! Apa kau tak kasihan membiarkanku
menunggu sendiri di tempat yang telah di janjikan selama berjam-jam? Kakiku
pegal, kyu. Kau harus bangun dan memijatku. Kau harus bangun, Kyu! Kau tega
membiarkanku menangis di hari ulang tahunku, eoh10? Kyuhyun ireona…
Ku mohon. Jangan tidur seperti ini. Dirumah lebih hangat daripada di sini, Kyu.
Kyuhyun ireona…” isakku sambil mengusap pelan pipi Kyuhyun yang terasa begitu
dingin.
Banyak
slang-slang yang menancap di tubuhnya. Aku sakit melihat Kyuhyun-ku saat itu.
Dia terlihat menahan sakit dalam diam. Sesakit apa perasaan itu, Kyu?
“In
Jung-ah… Uljima11, ne12. Kyuhyun akan baik-baik saja.
Percayalah…” Eomma Kyuhyun mencoba menenangkanku. Padahal dia pasti juga
merasakan apa yang kurasa, tapi dia tetap mencoba tenang. Sangat persis dengan
Kyuhyun.
“Eomonim13…
Sebenarnya apa yang terjadi, ha? Kenapa kalian baru mengabariku?” tanyaku
pasrah. Eomonim hanya memeluk pundakku dan mengelus puncak kepalaku.
“Kyuhyun…
Ireona… Ireona… Jeball14!!!” aku menggenggam erat tangan Kyuhyun.
Aku mengecup dahinya singkat. Ku kecup lagi dan kubisikkan sebuah kata yang
mungkin tak asing lagi di telinga Kyuhyun. “Saranghae15, Kyu.
Jeongmal16 saranghae. Ireona
chagi. Aku menantimu disini.” Lalu aku mengecup kedua pipi Kyuhyun yang dingin.
Ku usap pelan punggung tangannya, ku belai rambut coklatnya. Aku terus
mengamati kelopak matanya yang masih saja tertutup itu. Berharap akan terbuka
perlahan dan memperlihatkan mata hazelnya yang menawan tersebut.
Pintu
kamar Kyuhyun terbuka dan menampakkan seorang yeoja yang sedikit lebih tua
dariku berjalan bersama seorang namja yang telah berumur namun tetap terlihat
berwibawa, merekalah Ahra eonni dan Cho Ahjusshi17, appa18
Kyuhyun. Ahra eonni terlihat sembab matanya, ia membawa sebuah bingkisan warna
biru dengan pita berwarna merah yang terlihat rapid an indah, hanya saja
terdapat noda darah di beberapa bagian sisinya.
“Ja…
ikut eonni sebentar In Jung-ah.” Perintah appa Kyuhyun padaku.
Aku
hanya menurut dan mencoba menghapus sisa-sisa air mataku. Aku mencoba untuk
tenang dan berpikir jernih. Seperti yang selalu Kyuhyun ajarkan padaku. Ahra
eonni menggandeng tanganku lembut. Kurasakan tangannya sedikit gemetar.
Kami
sampai di sebuah bangku di lorong rumah sakit. Ahra eonni menghembuskan sebuah
nafas panjang dan berat. Aku sangat bingung dengan keadaan ini.
“In Jung-ah… Bukalah, ini kado dari Kyuhyun
untukmu.” Jelas Ahra eonni sambil menyodorkan bingkisan itu padaku.
Tanganku
bergetar menerima bingkisan itu. Aku ingin sekali membukanya, namun aku terlalu
takut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Aku terlalu takut jika saja
isinya akan membuatku mengerti bagaimana waktu selanjutnya berjalan. Kenapa
perasaanku sangat tidak nyaman seperti ini?
“Bukalah
sayang, kau pasti akan senang menerimanya.” Ucap eommonim sambil membelai
rambutku.
Kuberanikan
diriku untuk membukanya. Sebuah gaun pengantin dan sepasang cincin cantik juga
sebuah surat yang ditulis diatas kertas warna biru. Aku dan Kyuhyun memang
sama-sama menyukai warna biru. Ku tegarkan hatiku untuk membaca suratnya. Entah
mengapa terselip sebuah perasaan takut.
Saengil chukkae19,
chagi!!! ^^
Apa
kau suka kado dariku? Cantik bukan? Tapi lebih cantik jika kau memakainya.
Sebenarnya aku ingin sekali melihatmu memakai gaun itu
dan berjalan menuju altar bersamaku. Namun aku tahu bahwa itu tak akan mungkin
terjadi.
Karena aku tahu aku tak akan dapat bersamamu. Kau
terlalu agung untuk bersanding denganku Hwang In Jung.
Aku tak dapat bertahan lebih lama lagi untuk bersamamu
In Jung-ah.
Mianhae20…
Jeongmal mianhae…
Maka maafkan aku jika meninggalkanmu terlalu cepat.
Pakailah gaun itu saat pernikahanmu dengan namja yang
lebih baik dariku, eoh! Juga cincinnya. Anggap saja itu hadiah pernikahan
dariku yang kuberikan lebih awal. Berjanjilah untuk jangan menangis.
Berjanjilah kau akan hidup dengan baik In Jung-ah.
Kau harus kuat, ne. ^^
Asal kau tahu saja, aku akan selamanya mencintaimu dan
menjagamu In Jung-ah.
Jadi kau tak perlu menghawatirklanku lagi.
Banyak-banyaklah tersenyum.
Setelah aku pergi, nanti kau tak perlu repot-repot
membangunkanku pagi-pagi untuk sekolah. Kau tak perlu merasa jengkel karena
setiap kali makan aku selalu menyisakan benda hijau menjijikkan itu di
piringku. Hidupmu pasti akan jauh lebih tenang tanpaku. Segeralah menikah!
Bukankah itu yang kau inginkan dulu? Menikah setelah lulus SMA, sayangnya tidak
denganku. Mian kalau selama ini aku terlalu banyak merepotkanmu. Saranghae In
Jung-ah. Gomawo21 karena telah mengisi hari-hariku. Kau yang nomor
satu In Jung-ah. Sekali lagi, Saranghae In Jung-ah. Jeongmal saranghae.
In Jung-ah… Hwaiting22!!! ^^9
Cho Kyuhyun
“Eonni,
apa maksudnya ini? Kenapa Kyuhyun ingin pergi meninggalkanku? Sebenarnya ada
apa dengan Kyuhyun? Eonni…” Lirihku dengan tubuh yang bergetar hebat.
“Sudah…
Sudah lama Kyuhyun… Tumor otak In Jung-ah… Tumor otak…” Ahra eonni tak sanggup
lagi membendung air matanya. Semuanya luruh begitu saja.
Setelah
mendengar segalanya dari Ahra eonni, aku langsung menangis sejadi-jadinya. Aku
langsung berlari menuju Kyuhyun dan memeluknya.
“Jadi
selama ini, kau sering sakit kepala, kau sering mimisan, kau sering tergeletak
lemah. Itu semua karena Tumor otak, Kyu? Kenapa tak pernah kau beri tahu aku?
Kenapa kau sembunyikan semua ini dariku? Wae23 ? Waeyo, Kyu?” Aku
menggenggam erat tangan Kyuhyun, aku tak ingin melepasnya pergi dariku. Tak
ingin!
“Tidak,
Kyu. Jangan pergi. Aku hanya ingin menikah denganmu saja, bukan orang lain! Neo
ppuniya24, Kyu! Neo ppuniya!” aku kembali histeris saat mendengar
suara alat yang aku tak tahu namanya. Suaranya sangat memekikkan telinga.
Dilayarnya tergambar jelas garis lurus yang semulanya bergerak naik turun.
“Paboneyo25
Cho Kyuhyun! Jeongmal paboya! Ireona… Ireona… Kyuhyun… Ireona….!!” Teriakku
sambil mengguncang bahu Kyuhyun.
“Relakan
dia pergi. Relakan dia pergi In Jung-ah.” Bisik Ahra eonni yang memeluk bahuku
dari belakang. Aku hanya membalasnya dengan isakanku yang semakin keras.
***
Talking to The
Moon…
Trying to get to
you…
In hopes you’re on
the other side talking to me too…
Or I’m a fool who
sit alone…
Talking to the Moon…
Tiba
saat upacara kematian Kyuhyun. Aku memakai Hanbook26 yang sama
dengan Ahra eonni, didominasi warna hitam dan putih. Aku hanya duduk bersimpuh
di depan peti jenazah Kyuhyun. Aku meremas-remas bajuku. Pandanganku kosong.
Dalam pikiranku hanya sesuatu yang berhubungan dengan Kyuhyun. Semua memori dengannya
berputar begitu saja di otakku. Membuatku merasakan sakit yang teramat menyiksa
di kepalaku. Tapi rasa sakit itu tidaklah separah apa yang kurasa didalam
dadaku. Bergemuruh hebat layaknya badai dahsyat yang sanggup menghancurkan
seluruh Korea.
Entah
apa yang harus kulakukan. Ahra eonni menangis disampingku. Ia menggenggam erat
tanganku. Aku tak tahu apa harus aku menenangkannya, padahal aku sendiri juga
sama sakit dan terguncangnya.
Abeonim27dan
Eomonim juga terlihat menitikkan air matanya. Mereka mencoba untuk tegar.
Sedangkan
aku? Aku tak tahu apa yang kurasakan saat ini. Melihat foto Kyuhyun membuatku
merinding dan dadaku bergejolak hebat. Air mataku telah kering, telah habis tak
tersisa untuk saat itu.
Aku memandang foto Kyuhyun sekali lagi.
Selamat
Jalan Kyuhyun… Aku mencintaimu.
***
Do you ever hear me
calling?
‘Cause every night
I’m talking to the moon
Still trying to get
to you
February, 03rd 2013
Pernahkah kau selama ini mendengarkan
panggilanku setiap malam?
Pernahkah kau
tersenyum saat aku menatap bintang yang paling terang dan menganggap itu adalah
dirimu?
Pernahkah bulan
menyampaikan salam rinduku padamu, Kyu?
Pernahkah kau tahu
jika aku selalu menunggumu kembali ke sisiku?
Ku tatap lagi nisan milik orang yang
paling ku cintai seumur hidupku.
Rest In
Peace
Our beloved
friend, son, brother, and darling
Cho Kyuhyun
February, 03rd
1988 – April, 17th 2007
Ku usap perlahan dan ku sandarkan
sebuah rangkaian bunga tulip kuning yang sangat disukai Kyuhyun. Aku tersenyum
sekali lagi menatap nisannya. Rasa sakit itu telah berangsur-angsur menghilang,
namun tidak dengan rasa cintaku pada Kyuhyun. Masih sama seperti dulu.
“Saengil chukkae hamnida, Kyu.
Bagaimana kabarmu sekarang? Apa kau baik-baik saja disana? Aku sangat
merindukanmu, Kyu. Kau tahu? Hidupku sudah mulai berubah dalam tiga tahun
terakhir ini. Aku belajar untuk merelakanmu, Kyu. Aku tak ingin terus terpuruk
dan mungkin saja membuatmu bersedih melihat keadaanku yang sangat buruk saat
itu. Tapi aku masih tetap mencintaimu, Kyu. Hanya saja maukah kau membagi
sedikit ruangan dihatiku untuk seorang namja yang berhasil membuatku kembali
tersenyum? Boleh ya? Dia namja yang baik, Kyu. Dia sangat senang membuat
lelucon sepertimu saat aku sedih. Aku akan menikah dengannya, Kyu. Boleh ya?”
aku berbicara sendiri sambil terus mengusap-usap pelan nisan Kyuhyun.
“Mwoya28? Kau akan
menikah? Issh… Secepat itukah kau meninggalkanku?” seru sebuah suara dari
belakangku. Suara yang sangat ku kenali. Saat aku menoleh untuk melihat siapa
pemilik suara itu, ya Tuhan… Apa aku salah melihat? Apa ini mimpi? Wae geurae?
Aku melihat Kyuhyun memakai setelan jas putih yang membuatnya terlihat sangat…
tampan.
Aku terpaku di tempat aku duduk. Aku
masih tak percaya dengan apa yang ku lihat saat ini.
“Kyuhyun? Cho Kyuhyun?” gumamku
pelan.
“Tentu saja ini aku. Bagaimana? Apa
aku jauh lebih tampan?” balasnya penuh percaya diri. Masih seperti dulu.
“Apa ini nyata? Apa kau benar-benar
Kyuhyun? Apa aku hanya berhalusinasi?” tanyaku dengan hati yang berdebar-debar.
“Ini nyata. Apa kau sudah lupa akan
wajah tampanku, eoh? Kau tidak sedang berhalusinasi, chagi.” Balas Kyuhyun
dengan tersenyum manis padaku. Kulihat kilatan dimata hazelnya. Sesuatu yang
selalu kurindukan selama ini.
“Jeongmal bogoshipo29,
Kyu.” Aku langsung menghambur kedalam pelukannya. Hangat… Tangisku langsung
pecah di dalamnya.
“Kau masih saja cengeng? Uljima In
Jung-ah. Aku juga sangat merindukanmu. Kau tahu, sebenarnya aku selama ini
selalu berada di dekatmu. Aku selalu menjagamu. Karena aku tak dapat jauh
darimu barang sedetikpun. Aku bahagia mengetahui kau akan menikah. Aku juga
tahu jika Lee Donghae adalah namja30 yang baik. Berbahagialah
dengannya, chagi.” Kyuhyun mengecup singkat puncak kepalaku lalu mengelusnya.
“Jeongmal saranghaeyo, In Jung-ah.”
Sambungnya.
“Na ddo31 saranghaeyo,
Kyu.” Balasku. Aku semakin mempererat pelukanku pada Kyuhyun. Aku tak ingin dia
pergi. Kyuhyun melepaskan pelukanku lalu menghapus sisa air mataku dengan ibu
jarinya. Ia mengelus kedua pipiku lalu mengecup bibirku.
Basah dan hangat. Masih seperti saat
Kyuhyun menciumku dulu. Aku membalas ciumannya. Kami bergelut lama dalam
keadaan tersebut. Aku benar-benar merindukan ciumannya. Kyuhyun menghentikan
ciumannya karena ia sadar bahwa aku telah kehabisan napas. Aku terengah-engah.
Aku memalingkan wajahku dan kemudian duduk di tanah. Kyuhyun mengikuti
tingkahku. Ia juga duduk disampingku. Aku tertawa, tertawa lepas sekali. Entah
kapan aku terakhir kali tertawa selepas ini.
“Aku tak percaya dengan semua ini.”
Gumamku pelan.
“Keurom32. Akan kubuat kau
mempercayainya.” Balas Kyuhyun. Ia lalu kembali mencium bibirku. Tapi kali ini
aku tak membalasnya. Aku mencoba merasakan ciuman dari Kyuhyun dan
menghapalnya. Aku tak mau melupakan sensasinya. Setelah itu dia kembali melepas
ciumannya. Aku hanya tersenyum menatapnya.
“Jangan tatap aku seperti itu.”
Kyuhyun lalu mencubit hidungku pelan.
“Aku begitu merindukan semuanya, Kyu.
Semuanya bersamamu.” Ungkapku padanya dan masih terus memandangnya.
“Sering-seringlah mengunjungiku,
Kyu.” Sambungku.
“Baiklah tuan putri.” Jawabnya sambil
mengacak pelan rambutku.
Dari kejauhan aku melihat seorang
namja keluar dari sebuah mobil BMW silver memakai baju kasual sederhana yang
justru tambah membuatnya semakin terlihat tampan.
“Kyu, itu Lee…” ucapanku terhenti
saat menyadari Kyuhyun tak berada disampingku lagi melainkan berjalan menjauh
membelakangiku. Ia menoleh dan tersenyum sambil melambaikan tangannya. Aku
membalas lambaian tangannya dan berbisik pelan, “Sampai jumpa lagi, Kyu. Aku
selalu menunggumu.” Kulihat perlahan-lahan Kyuhyun mulai menghilang. Aku lalu
berbalik dan melambaikan tanganku pada namja tadi. Lee Donghae yang sedang
berjalan ke arahku.
***
In hope you’re on
the other side talking to me too
Or I’m a fool who
sit alone
Talking
to the moon…
17 April 2013
“Kini kalian telah resmi menjadi suami istri.” Kalimat
tersebut disusul oleh banyak tepuk tangan yang hadir saat pernikahan kami.
Maksudku aku dan Lee Donghae, namja yang di jodohkan kepadaku oleh orang tuaku
yang tak tahan melihatku terus bersedih karena Kyuhyun.
Tiga tahun aku mencoba menjalankan hubungan dengannya.
Ia sangat mengerti diriku. Walau telah berulang kali ku tolak, namun ia tetap
teguh pendiriannya untuk mendapatkan hatiku. Hingga akhirnya aku luluh dan mau
untuk belajar mencintainya. Ia juga tak perah marah saat aku banyak mengenang
tentang Kyuhyun. Ia justru sangat senang mendengarku bercerita tentang Kyuhyun.
Dia benar-benar namja yang baik. Apa kau yang telah memilihkannya untuku, Kyu?
Aku melihat sosok Kyuhyun ikut bertepuk tangan diantara
tamu-tamu lainnya. Ia mengenakan setelan jas yang sama seperti saat aku bertemu
dengannya waktu itu. Ia berjalan mendekatiku dan berbisik, “See. Kau cantik
seperti yang kukatakan bukan jika mengenakan gaun ini? Cincinnya juga sangat
terlihat manis jika melingkar di jarimu. Chukkae33, In Jung-ah!
Semoga kau bahagia. Ingatlah aku akan selalu ada disampingmu dan menjagamu.” Ia
lalu mengecup pipiku singkat dan pergi entah kemana.
Donghae menarik tanganku lembut lalu mencium bibirku.
Aku sama sekali tak menolak, justru aku sangat menikmatinya. Tapi, sensasi ini
aku seperti mengenalnya. Saat kubuka mataku, entah mengapa wajah Lee Donghae
justru berubah menjadi wajah Kyuhyun. Apa aku salah lihat? Bukankah tadi yang
menciumku itu Lee Donghae? Kenapa sekarang menjadi Kyuhyun? Sensasi ini, persis
seperti ketika Kyuhyun menciumku.
Entahlah. Namun yang jelas, aku sangat menikmatinya.
Kututup lagi mataku. Saat aku menghentikan ciumanku dan membuka mataku. Wajah
Kyuhyun berganti menjadi Lee Donghae. Aku benar-benar bingung dengan semua ini.
Dimana Kyuhyun? Kenapa dia membuatku bingung?
“Aku hanya tak rela melihat kau dicium oleh namja
lain. Kkk~.” Kyuhyun terkekeh kecil disampingku. Aku mengikutinya untuk
terkekeh kecil. Ia lalu berjalan meninggalkanku dan sosoknya kembali hilang
perlahan-lahan seperti saat itu.
“Gomawo, Kyu.” Gumamku pelan.
Cho Kyuhyun. Aku akan selalu menantimu di bawah sinar
bulan. Aku akan selalu menitipkan salamku untukmu padanya. Aku akan selalu
memandang bintang yang paling terang dan menganggapnya dirimu.
Aku akan selalu mencintaimu.
Selamanya…
***
I know you’re somewhere out there…
Somewhere
far away…
---------------------------------------------------The
End-------------------------------------------------
Vocabulary
1. Yongwonhi, nan jeongmal saranghaeyo
In Jung-ah : Selamanya, aku sangat mencintaimu In Jung.
2. Chagi : Sayang
3. Wae geureh : Ada apa
4. Eonni : panggilan seorang perempuan
kepada perempuan yang lebih tua
5. Oppa : panggilan seorang perempuan
kepada laki-laki yang lebih tua
6. Sunbae : Senior, kakak kelas
7. Aigoo : (Sebuah ekspresi pengungkapan
perasaan) Astaga
8. Ireona : Bangun, bangkit (tergantung
konteks dan suasana)
9. Palliwa : Cepat
10. Eoh : (Sebuah akhiran kalimat untuk
menekankan nada bicara)
11. Uljima : Tenanglah
12. Ne : Ya
13. Eomonim : Ibu (formal)
14. Jeball : Ku mohon
15. Saranghae : Aku mencintaimu
16. Jeongmal : Sungguh
17. Ahjusshi : paman
18. Appa : Ayah (informal)
19. Saengil Chukkae : selamat ulangtahun
(biasanya ditambah dengan ‘hamnida’)
20. Mianhae, Mian : Maaf
21. Gomawo : Terima kasih (Informal)
22. Hwaiting : Semangat
23. Wae, Waeyo : Mengapa
24. Neo ppuniya : Hanya kau
25. Pabo, Paboneyo, Paboya : Bodoh
26. Hanbook : Pakaian tradisional korea
27. Abeonim : Ayah (formal)
28. Mwoya : Apa?
29. Bogoshipo : Aku merindukanmu
30. Namja : Laki-laki
31. Na ddo : Aku juga…
32. Keorom : Kalau begitu
33. Chukkae : Selamat