Ratih Eka Aprillia, proudly present...
I hate with ‘Us’, especially you!
©2014
Oh
gosh, aku benar-benar
menyesal menyaksikan musikal Kyuhyun kali ini. Bagaimana tidak, Kyuhyun
berpasangan dengan idol yang banyak
digosipkan berkencan dengannya, Seo Johyun. Pantas saja bocah ini tak pernah
bercerita bahkan sampai membujukku untuk datang ke musikalnya. Paling-paling
dia hanya berkata “Oh, latihan tadi sangat melelahkan. Aku ingin musikal ini
segera selesai.” Atau “Uhm, aku lelah latihan terus.” Tapi, jika kutanya
bagaimana musikalnya, dia pasti akan menjawab “Musikalku sangat membosankan,
kuharap kau tak datang karena kau pasti akan mati bosan melihatnya.” Dan
bodohnya aku karena tidak bertanya ‘mengapa kau mengambil perannya jika musikal
itu membosankan?’ yang ada aku hanya diam dan menganguk tanda mengerti.
Aku yang awalnya datang untuk sekedar
memberi kejutan pada Kyuhyun malah merasa sangat marah karena Kyuhyun tak
pernah memberitahuku. Kau siap untuk mati rupanya, Kyu?
Musikal ini bukan hanya membosankan,
tapi sangat memuakkan. Jujur saja jalan ceritanya memang bagus, hanya saja
semua menjadi berubah saat tersadar bahwa Kyuhyun dan Seohyun menjadi pasangan
yang saling mencintai hingga akhir.
Tubuhku serasa menegang melihat banyak
adegan romantis diantara mereka. Bunga yang sedari tadi ada di pangkuanku kini
mulai layu karena terlalu sering kuremas-remas menahan amarah yang mungkin akan
meluap jika Kyuhyun melakukan adegan yang lebih ‘ekstrim’ lagi dengan Seohyun.
Apa bocah tengik itu masih tak
menyadari kehadiranku? Padahal aku duduk di bangku VIP yang notabanenya ada di barisan depan. Apa
mungkin aku terlalu kecil sehingga aku tak kelihatan dari atas panggung? Apa
mungkin karena posisi kursiku hampir di pojokan sehingga Kyuhyun tak melihatku?
Atau karena dia terlalu asyik dengan perannya sehingga tak menyadari bahwa aku
sedang menahan emosi melihatnya di atas panggung bersama Seohyun ? Cho
Kyuhyun... kau benar-benar ingin membuatku gila ya?
Dan Oh... adegan terakhir ini...
Cho Kyuhyun...
Aku mati rasa, tubuhku menegang dan
aku tak dapat merasakan pijakan kakiku lagi. Bahkan tanganku terlalu lemas
untuk sekedar meremas bungaku lagi. Aku lupa caraku bernafas untuk sesaat.
Hingga aku sadar bahwa adegan itu telah berakhir, adegan yang terjadi hampir
benar-benar di depan kursiku. Air mataku luluh saat sepasang mata itu menatapku
dengan ekspresi kaget untuk sesaat hingga mata kami dipisahkan oleh tirai
pertunjukan yang digelar, menandakan bahwa Drama musikal kini telah berakhir.
Seperti aku yang kini telah berakhir. Aku
hancur, benar-benar hancur.
Aku masih terduduk di kursiku saat
semua yang lain telah pergi meninggalkan kursinya. Aku tak memiliki kekuatan
untuk berdiri, bahkan hanya untuk mengusap air mata yang semakin lama semakin
deras. Tubuhku bergetar dan aku masih tak dapat menghilangkan adegan itu di pikiranku.
Itu semua terus saja berputar dalam memoriku.
Aku mencoba berdiri dan berjalan meski
harus tertatih dan berkali-kali hampir terjatuh. Aku menghapus air mataku yang
sedari tadi tak sedetikpun mau berhenti mengalir. Aku tak peduli lagi dengan
bunga untuk Kyuhyun yang kini telah tergeletak entah dimana. Aku tak peduli
lagi dengan Kyuhyun.
Aku segera mencari taksi menuju
apartemenku. Aku ingin menangis sekeras-kerasnya tanpa ada seorangpun yang tau.
Aku ingin melepaskan rasa sakit ini. Aku benci dengan hubungan antara aku dan
Kyuhyun. Semua memang salah dari awal. Aku dan Kyuhyun seharusnya memang tak
bersama sejak awal.
Sesampai di lobi apartemen aku melihat
seseorang yang begitu familier buatku. Lee Donghae menungguku dengan mimik
wajah khawatir.
“Hey, kenapa wajahmu sekusut itu? Kau
darimana?” Aku tau dia hanya berpura-pura tidak tau aku darimana.
Aku hanya menatap wajahnya sebentar
lalu kembali melanjutkan langkahku menuju apartemenku tanpa menjawab pertanyaan
darinya. Ia mengikutiku dari belakang tanpa berkata apapun. Saat akan masuk
lift, tiba-tiba saja keseimbanganku hilang dan untung saja ada Donghae oppa
yang berhasil menahanku agar tak terjatuh.
“Gwenchananeyo?”
“Gwenchana. Gomawo, oppa.” Aku segera
melepaskan diri dari tangannya dan segera masuk lift. Dia mengikutiku naik
lift. Entah apa yang akan dia perbuat, kelakuannya kini bisa saja ketahuan oleh
netizen dan bisa-bisa besok akan beredar gosip tentang kedekatanku dengan
Donghae oppa. Tapi aku benar-benar tak memperdulikan itu. Aku sudah tak peduli
dengan hidupku.
“Kau sebaiknya pulang ke rumah
orangtuamu saja, kau sedang tak baik-baik saja. Ayo kuantar kau pergi”
“Ini sudah malam, tak mungkin jika
akan pergi ke Mokpo, oppa.”
“Tak peduli kapan akan sampai, yang
penting kau sampai di mokpo. Aku ingin kau pulang dan melupakan masalahmu untuk
sejenak. Kau bisa bermanja dengan eommamu dan pergi memancing dengan appamu.
Meski mereka berdua adalah pengusaha yang sibuk, aku yakin mereka akan meluangkan
banyak waktu jika melihat anak gadisnya seperti ini.”
Dia segera memencet tombol lift menuju
lobi untuk mengantarku ke Mokpo sekarang juga. Aku hanya pasrah mengikutinya.
Sesampai di mobil dia segera memakai masker dan kacamata hitamnya. Sebenarnya
berkendara seperti itu di Seoul adalah sesuatu yang berbahaya, apalagi saat
malam hari. Tapi akupun tak peduli jika terjadi kecelakaan saat ini juga.
Kami berdua masih dalam keadaan hening
hingga perbatasan kota Seoul. Donghae oppa melepas masker dan kacamatanya.
Sehingga memperlihatkan sepasang mata yang sangat mendamaikan hati, tapi tak
cukup untuk menenangkan hatiku saat ini.
“Ah, akhirnya aku dapat melepasnya.
Berkendara seperti itu membuatku was-was. Setelah keluar dari Seoul, rasanya
berbeda sekali. Jalanannya tak seramai Seoul ya? Jadi aku tak perlu khawatir
akan dikenali.”
Aku hanya diam dan masih saja
memandang keluar kaca mobil tanpa menanggapi ucapannya barusan. Dia benar, ini
semua telah berbeda dengan Seoul. Tak ada lagi Kyuhyun di sini.
“Hey, kau tak sadar saat tadi kau
hampir terjatuh di depan lift, kau menjatuhkan ponselmu.” Aku menoleh saat ia
mengulurkan ponsel kepadaku.
“Ponsel itu bergetar berkali-kali.
Hanya saja aku tak memiliki hak untuk melihatnya. Selain itu, ponselmu disandi
kan?”
Aku mengangguk pelan dan mencoba
memasukkan rangkaian sandi yang telah kubuat sendiri. Hari dimana seseorang
yang begitu berarti untukku dilahirkan. Ulang tahun Cho Kyuhyun.
You have 79 Missed Call and 31 New text
message.
Dan kau tau, semua dari nama yang sama
Uri chagiya~. Cho Kyuhyun
Eodisso?
Han Eunrim, Eodisso?
Eunrim, kumohon angkat teleponku.
Aku bisa gila jika tak menemukanmu saat ini juga
Eunrim-ah, aku bisa mati jika kau
seperti ini
Aku tak sanggup lagi membaca pesan
yang lain darinya, segera aku menghapus semua pesan darinya. Air mataku
mengalir lagi.
“Kau baik-baik saja?”
“Bagaimana aku bisa baik-baik saja
jika aku melihat kekasihku berciuman dengan gadis lain di depan mataku
sendiri.”
“Aku tau.”
“Kau tidak tau. Kau tidak tau seberapa
hancurnya aku.”
Donghae oppa lalu menepikan mobilnya
lalu memelukku erat. Aku tak memberontak. Memang ini yang aku butuhkan, sebuah
sandaran untuk menangis. Aku hanya terus menangis dalam pelukan hangatnya
hingga aku merasa bahwa aku mulai terlelap dalam pelukannya.
***
Aku terbangun saat jam menunjukkan pukul
10 pagi. Astaga, berapa lama aku tertidur? Aku menemukan secarik kertas di
samping jam bekerku. Dari Donghae oppa.
Hey,
jam berapa saat kau bangun? Kau lelap sekali tidurnya.
Menggendongmu
dari turun mobil hingga kamarmu benar-benar sangat melelahkan. Ingat, kau
berhutang padaku Han Eunrim-ssi. Badanku remuk semua setelah menggendongmu.
Sepertinya kau perlu mengikuti program diet. Hahaha~
Aku hanya bercanda. Semoga kau baik-baik saja disana dan
cepat sembuh dari lukamu itu. Aku akan merahasiakan kepulanganmu ke Mokpo dari
semua orang, aku janji. Semoga kau dapat memutuskan apa yang akan kau lakukan
setelah ini. Jangan pernah kembali ke Seoul jika kau masih menangis, aku benci
melihatmu seperti itu. Aku juga sakit melihatmu sakit Eunrim-ah. Oppa mu yang
paling tampan ini menyayangimu.
Aku tersenyum membaca suratnya itu.
Aku jadi mengingat saat-saat dimana aku sering bermain dengan Donghae oppa saat
masih kecil. Dia memang sangat membenci saat dimana aku menangis. Dan dia
sangaattt narsis. Walau masih kalah dengan... Kyuhyun.
Mengingatnya membuat dadaku sesak
lagi. Tapi aku berusaha menahan tangisku dan segera turun ke lantai bawah. Dan
apa yang kulihat adalah sesuatu yang sangat jarang kulihat.
Eomma dan Appa berdua menonton
televisi. Mereka terlihat begitu mesra. Senyumku mengembang seketika.
“Uri eomma, appa...” mereka menoleh
dan langsung berdiri menyambutku yang berlari ke dalam pelukan hangat mereka.
Pelukan yang telah lama tak kurasakan.
“Kami rindu sekali dengan anak gadis
kami yang satu ini. Kau tidak lapar Eunrim-ah?” tanya eomma tanpa melepaskan
pelukannya sedikitpun.
“Eomma, Donghae oppa pulang jam
berapa?”
“Dia pulang pagi-pagi sekali, mungkin
sekitar pukul setengah tujuh. Katanya dia masih ada keperluan lain. Dia tadi
sempat ke kamarmu, tapi kau masih terlalu lelap katanya. Eomma sudah menyiapkan
sarapan untukmu, jjangmyeon kesukaanmu. Ja kita makan.”
Aku kembali mengingat Kyuhyun saat
eomma menyebutkan nama makanan kesukaanku. Kyuhyun juga sangat menyukainya.
Semua memori tentangnya lagi-lagi berputar dalam kepalaku. Termasuk ciuman itu.
Ciumannya dengan gadis lain di depan mataku. Tubuhku mulai menegang menahan
tangis. Aku benar-benar tak mau merusak suasana hanya karena aku ingin
menangisi bocah tengik yang telah membuatku hancur itu.
“Eomma, aku sedang ingin samgyentang.
Bisakah kau masakkan untukku selagi aku mandi? Sepertinya cuaca hari ini cukup
panas.”
“Tentu saja, apa yang tidak untuk anak
gadis eomma ini?”
***
Aku terduduk di pinggir pantai yang
tak jauh dari kompleks rumahku. Untuk beberapa hari ini aku sedikit merasa
tenang bersama kedua orangtuaku. Donghae oppa benar, mereka benar-benar absen
dari pekerjaannya sejak aku datang ke Mokpo. Ternyata Donghae oppa telah
memberitahu tentang masalahku pada appa dan eomma. Untungnya mereka tidak ingin
ikut campur sehingga mereka menyerahkan segala keputusan padaku.
Sebenarnya aku sedikit tersiksa
beberapa hari ini. Dulu tak seharipun kulewatkan tanpa memandang wajahnya, tanpa
mendengar suara Bass yang sangat merdu
dan menyejukkan hatiku, tanpa kecupan dan pelukan hangat darinya. Tanpa kalimat
‘Aku mencintaimu dan besok akan lebih dari hari ini’ yang selalu menjadi
pengantar tidurku.
Aku sadar bahwa aku sangat
merindukannya. Merindukan Cho Kyuhyun milikku.
Aku memang sering bertengkar dengannya
hanya saja tak pernah separah ini. Selalu berakhir dengan pelukan darinya
sebelum aku memasuki pintu apartementku. Aku memang juga sering berpisah
dengannya jika dia memiliki jadwal ke luar negri, namun aku masih dapat
mendengar suaranya dari telepon. Ini adalah sebuah rasa rindu yang berbeda.
Rasa rindu yang menggores hatiku.
Aku memutar-mutarkan ponsel ditanganku
yang sejak berada di Mokpo tak pernah ku aktifkan. Aku menghidupkan ponsel yang
sengaja tak kuaktifkan agar Kyuhyun tak menghubungiku. Tapi entah mengapa aku
ingin mengetahui apa Kyuhyun masih mencariku setelah hampir dua minggu.
You have 64 voicemail and 98 new text
message
Hampir semuanya dari Kyuhyun. Tapi ada
juga dari yang lain. Aku jadi merasa bersalah karena membuat banyak orang
khawatir. Iseng, aku membuka voicemail dari sungmin oppa.
“Eunrim-ah, dimana kau saat ini? Kyuhyun sangat gila
karena mencarimu ke mana-mana. Dia sangat kacau jika saja kau tau. Kau dimana?
Kami semua mengkhawatirkanmu.
Apalagi Kyuhyun. Jawab pesanku sesegera
mungkin dan berita dimana kau sekarang.”
Tanganku tiba-tiba bergetar setelah
mendengar voicemail dari Sungmin oppa. Tapi aku masih ingin mendengar kabar
Kyuhyun dari yang lainnya. Aku... jujur saja aku sangat menghawatirkannya.
“Eunrim-ah, Kyuhyun sakit saat ini. Itu karena dia
terlalu sibuk mencarimu. Dia tak sekalipun mau makan walau kami membujuknya
dengan cara apapun. Jika ada waktu luang, dia akan langsung pergi mencarimu dan
pulang sangat larut dengan wajah yang sangat berantakan. Dia bahkan sampai kami
paksa untuk istirahat di dorm karena kondisinya yang semakin buruk. Kami bahkan
terpaksa menguncinya dari luar agar dia tak pergi mencarimu untuk hari itu
saja. Kumohon, ini sudah 5 hari Kyuhyun seperti ini. Kembalilah untuk sekedar
melihat keadaan Kyuhyun.”
Pesan dari Leeteuk oppa semakin
menambah rasa khawatirku. Aku ingin bertemu dengan Kyuhyun, tapi rasa sakit ini
masih menghalangiku. Kupandangi fotoku dengan Kyuhyun yang kujadikan wallpaper
dengan senyum miris. Aku benar-benar bingung dengan apa yang harus kulakukan
saat ini.
Uri chagiya~ is calling
Lamunanku buyar saat ponsel ditanganku
bergetar menampakkan sebuah nomor yang sangat familiar bagiku. Aku ragu-ragu
untuk mengangkatnya atau tidak. Lama ponsel itu bergetar hingga kuputuskan
untuk mengangkatnya.
“Yaa!
Kau ingin membuatku gila setelah hampir dua minggu tak memberiku kabar
sedikitpun? Aku merindukanmu Eunrim-ah. Apa kau ingin aku mati?” suara ini, suara yang paling
kurindukan saat ini. Suara ini kembali memenuhi telingaku.
“Aku
sangat lega akhirnya aku dapat memandangmu lagi. Jangan pernah lagi kau jauh
dariku. Atau aku akan mati.” Memandangku?
Artinya Kyuhyun sedang ada didekatku saat ini?
Aku mengedarkan pandangan
kesekelilingku mencoba mencari sosok yang selalu memenuhi otakku menjelang
tidur. Dan aku akhirnya menemukannya. Pandangan kami bertemu. Ia jauh lebih
kurus dari sebelumnya. Kantung mata terlihat sekali di kulitnya yang terlihat lebih
pucat. Aku tak melihat pipi chubbynya
lagi. Dia memang benar-benar... sangat berantakan.
Aku berdiri tanpa sedikitpun melepas
mataku darinya. Tubuhku seketika menegang dan air mataku kembali mencoba
keluar. Rasa sakit ini kembali merasuk ke dalam hatiku.
Ia mendekat padaku, mencoba memelukku
tapi aku segera menjauhkan tubuhku darinya.
“Eunrim-ah. Apa kau masih marah? Aku
benar-benar minta maaf. Aku hanya...”
“Berhenti ! Kita sudah berakhir
Kyuhyun. Apa kau tak menyadarinya?”
“Tidak, kita masih satu. Kau dan aku
belum berakhir dan tak akan berakhir.”
“Kita seharusnya tak pernah
berhubungan seperti ini. Seharusnya aku tak pernah menjadi kekasihmu. Ini semua
sudah salah dari awal, Kyu.”
“Tidak. Eunrim dengar! Aku hanya
mencintaimu dan hanya kaulah yang pantas untukku. Semua ini adalah takdir kita. Kau adalah takdirku.”
“Tapi aku sudah terlanjur sakit, Kyu. Aku
benci dengan kita, aku benci dengan kenyataan tentang kita. Aku hanya seorang
gadis biasa sedangkan kau adalah superstar.”
“Eunrim, ku mohon maafkan aku. Aku tau
yang kulakukan adalah sebuah kesalahan besar, tapi aku benar-benar minta maaf.”
“Bagaimana caranya aku memaafkanmu
disaat kau telah mencium gadis lain di depan banyak publik dan sekaligus di
depan mataku? Aku sakit, Kyu. Aku benar-benar membencimu. Dan segala tentang
kita. Kenapa kau tak pernah memberitahuku tentang musikalmu yang sebenarnya.
Jika saja kau tak dapat menolak tawaran musikal itu, setidaknya aku tau bahwa
aku tak harus datang. Dan aku bisa bersiap untuk merasakan sakit karena gosip
para netizen. Jika saja kau memberitahuku sejak awal, aku tak akan sesakit ini,
Kyu.”
“Maaf, aku hanya takut membuatu teruka
jika aku mengatakannya. Dan selain itu, aku tak punya pilihan lain selain
menerimanya walau aku telah mencoba berbagai cara untuk menolaknya.”
“Tapi, Kyu...” ucapanku terhenti saat
menyadari cairan merah keluar dari hidung Kyuhyun. Aku refleks mendekat
padanya.
“Gwenchana? Kau berdarah.” Aku
mengambil sapu tangan di saku jeansku dan mencoba mengelap darah yang keluar
dari hidungnya. Tapi tangan besar Kyuhyun menahanku, ia lantas menciumku dengan
lembut.
Awalnya aku ingin memberontak tapi
entah tubuhku tak menginginkannya. Aku malah sangat menikmatinya. Tak peduli
dengan darah Kyuhyun yang mulai mengalir di bibirku, Kyuhyun malah memperdalam
ciuman kami.Tangan Kyuhyun yang semula berada di tengkukku kini mulai merambat
menuju pinggangku yang semakin menipiskan jarak di antara kita. Saat
kesadaranku mulai pulih, saat itulah aku juga sadar bahwa badan Kyuhyun panas
melebihi batas. Aku segera melepaskan ciumannya dan mengelap darah di bawah bibirku.
“Kau sakit, Kyu. Badanmu panas
sekali.”
Kyuhyun tak sedikitpun menghiraukan
nada khawatirku. Dia hanya tersenyum dan mengelap darah yang keluar dari
hidungnya dengan tangannya. Kulihat sorot matanya semakin redup hanya saja ada
kebahagiaan disana.
“Kau tau? Aku hampir mati dan mungkin
besok aku akan mati jika hari ini aku tak menemukanmu.”
Ia kembali merapatkan tubuhku ke dada
bidangnya dan mulai menciumku lagi. Hanya saja tak lama setelah itu tubuhnya
limbung dan ia tak dapat menyeimbangkan badannya lagi. Ia terjatuh dalam
pelukanku dalam keadaan tak sadarkan diri lagi.
“Kyu... kyu...” aku mencoba menahan
berat tubuhnya hanya saja aku tak sanggup. Aku jatuh terduduk dengan Kyuhyun
masih kupeluk erat. Aku mencoba meraih ponselku yang jatuh saat Kyuhyun
pingsan.
“Appa... Tolong, kumohon. Aku ada di
pantai bersama Kyuhyun, dan dia...”
***
“Kyuhyun-ssi mengalami komplikasi
ringan karena terlalu lelah dan sangat jarang makan. Sepertinya dia juga
mengalami depresi ringan. Dia hanya butuh istirahat.” Kata Dokter setelah
menangani Kyuhyun.
“Terima kasih, Dok. Saya mohon
rahasiakan tentang Kyuhyun kepada siapapun.” Pinta appaku pada dokter yang
kliniknya tak jauh dari pantai tempat dimana Kyuhyun pingsan.
“Tentu saja, tuan Han. Kami akan
merahasiakannya.”
“Eomma, aku takut. Aku sangat khawatir
pada Kyuhyun.” Aku menangis dan memeluk eomma yang sedari tadi membantu menahan
tubuhku yang mulai lemas karena cemas. Aku takut sesuatu terjadi pada Kyuhyun.
Aku tak akan memaafkan diriku sendiri jika hal mengerikan terjadi padanya.
“Masuklah, yang dia butuh hanya dirimu
saat ini.” Bisik eomma sambil mengelus pelan rambutku.
Saat aku masuk, semakin memperparah
rasa sakitku. Aku benar-benar menyesal telah pergi darinya jika pada akhirnya
dia akan seperti ini. Karenaku.
“One
Time I saw you hurt me,
and today I saw you hurt because of me. I’m sorry I can’t be best for you, I’m
sorry to make you here, lie in a bed that I never want it. I just want to erase
my pain with going away from your side, but that exactly makes me afraid to
losing you. I’m sorry, Kyu. I don’t mean it. I’m sorry. Really sorry.”
Kukira
setelah aku mengungkapkan penyesalanku, dia akan bangun. Seperti yang banyak
terjadi pada adegan drama
tv. Tapi aku salah, aku masih melihatnya tertidur pulas dengan nafas yang mulai
teratur. Diam-diam aku sangat merindukan ocehannya saat aku sama sekali tak mau
beranjak dari kasurku.
“Haruskah aku mengomel agar kau mau
bangun, Kyu? Menjadi sangat sehat seperti terakhir kali kita bersama. Kau tak
boleh sakit karena aku sangat benci melihat wajahmu pucat dan kurus kering
seperti ini. Hey, aku baru sadar. Berapa lama aku pergi darimu sampai kau bisa
sekurus ini? Kau tidak makan setahun ya? Mana pipimu yang selalu membuatku
gemas itu? Haruskah aku memompanya agar bisa seperti semula.”
Kyuhyun hanya diam tak menjawabku,
hanya saja aku sadar jika air mukanya mulai berubah. Sebelum dia pingsan,
terlihat jelas guratan-guratan wajahnya yang menandakan ia begitu lelah. Tapi
kali ini beda, aku melihatnya tertidur dengan tenang dan begitu lelap. Ada
sedikit perasaan menggelitik dalam tubuhku melihat Kyuhyun seperti ini. Dia
begitu... polos. Walau umurnya sudah menginjak 26 tahun, tapi dia tetaplah
Kyuhyunku yang polos, malaikat kecilku. It’s
The real Fact of Kyuhyun. Meski banyak orang menganggapnya sebagai seorang namja
yang super evil, tapi kenyataan itu
tak beraku padaku. Kyuhyun dimataku hanyalah serang namja polos yang begitu
mencintaiku dengan segala yang aku punya. Walaupun banyak kejahilan-kejahilan
kecil yang ia lakukan terhadapku, tapi dia masih malaikatku. Aku tau dan akan
selalu tau, dia adalah malaikatku. Entah berapa juta orang di luar sana yang
menganggap Kyuhyun adalah laki-laki labil dan tak tau sopan santun, percayalah
dia tak seperti apa yang mereka pikirkan.
He’s
an Idol. Big Idol all around The World. Many fact of him are fake. Altought His
fans trying to know
Kyuhyun deeper, trust me. Just me who know Kyuhyun further. I know when he try
to fight back his tears because the fuckin’ Netizen. I know when he try to do
best altought he’s really down. I know all about him, but one. I don’t know how
much he loves me. Because his love so deep for me, so I can’t measured it. I
just now that he love me so much. And this makes me realized, without he
explain the problem before that makes me hurt, he just love me and that’s just
a profesionallity as a actor. I know why he not telling me about his musical,
he just won’t hurt me. I’m sorry, and I regret my last choice to leave you. Cho
Kyuhyun, I hate with us, especially with you. But you hold me on, so I can feel
that I love you, and I can be grateful because our destiny. We come to be one.
Cho Kyuhyun, listen ! I love our destiny, especially you. I’m so being lucky
because I have you. You’re the one and only. Cho Kyuhyun… neomu neomu neomu
saranghanda.